Kamis, 29 Desember 2011

Jalan Cinta

Sebuah kisah sebuah cerita dalam sebuah perjalanan cinta. Awal kisah, di salah satu jalan di sudut kota, berjalanlah  si “Kagum” dengan indahnya. Dan ia pun terlihat oleh seorang pengemudi misterius disisi jalan yang berbeda. Si pengemudi mulai terkesima olehnya dan berniat untuk mengikuti langkah si “Kagum” kemanapun ia pergi. Tak terasa si pengemudi mulai terhipnotis oleh keindahan si “Kagum” dan ia pun kini telah berada di sebuah tempat yang bernama kota “Suka”.
Setibanya disana, ia tak lagi sadar akan keberadaannya. Dan mungkin juga ia memang tak peduli dimana ia berada. Langkah demi langkah ia lalui. Kini waktu membuatnya lelah dan tertinggal jauh oleh langkah si “Kagum”, sehingga ia pun berpikir untuk mendapatkan sebuah kendaraan disana. Tak lama berjalan, ia pun mendapatkan “sayang”, sebuah kendaraan tercepat di kota “Suka” ini. Dengan tunggangannya itu, ia pun dapat menyusul si “Kagum” sehingga dapat kembali kesisinya.
Sesekali si “cemburu” dan si “rindu” datang menghampirinya diperjalanan. Si cemburu datang kala si “Kagum” yang lain mengalihkan pandangannya. Sedang Si rindu datang saat jarak  yang cukup jauh  memisahkannya dengan si “Kagum”.
Kota “Suka” merupakan salah satu kota terindah dinegri ini. Pada suatu ketika, si “pengemudi” mulai teralihkan oleh keindahan itu. Dan si “Kagum” lenyap dipandangan mata. Setelah tersadar akan hal itu, ia kembali mengejarnya dan tibalah ia di sebuah persimpangan jalan. Tempat ini biasa dikenal juga dengan nama persimpangan “Hati”. Di sisi kanan jalan terdapat jalan ke kota “Cinta” dan di sebelah kiri terdapat jalan ke kota “Nafsu”. Kota ini memang berseberangan jalan namun dari tampaknya, kota ini sangatlah mirip atau mungkin juga sama. Hanya hakikatlah yang membedakan keduanya.
Jika engkau ingin ke kota “Cinta”, maka cobalah perhatikan rambu-rambu “Ilahi”. Karena itulah yang akan mengantarkan kalian kesana. Namun jika kau tak mengikuti itu, maka berhati-hatilah karena kau akan tersesat di kota “Nafsu”.
Di kota “”Nafsu”, udaranya sejuk dari pohon kebohongan. Gedung-gedungnya kokoh oleh beton keegoisan. Dan sungainya deras oleh arus kesesatan. Begitu pula di kota “Cinta”. Hampir tak ada yang berbeda disana. Udaranya juga sejuk namun itu datang dari empun ketulusan. Gedung-gedungnya juga kokoh tapi terbuat dari pondasi keimanan. Disana juga terdapat taman-taman indah, dipenuhi oleh bunga yang harumnya semerbak dan berasal dari  benih-benih kesucian. Namun disana tak ada sungai yang menghanyutkan. Yang ada hanyalah lautan kasih yang airnya memberikan kehausan dan terus meneguknya tanpa henti.
Tak ada yang dapat keluar dari kota “Cinta”, namun orang dapat lari dari kota “Nafsu” yang menipu. Tergantung seberapa besar usaha kalian untuk keluar dari sana. Tapi bagi yang sudah terlena oleh kehidupan disana maka ia pun tak akan pernah bisa keluar dari sana.
Inilah sebuah cerita dari perjalanan seorang pengemudi menuju ke kota cinta. Dimana nafsu selalu ada untuk menipu diseberang jalan. Perjalanan ini memang selalu datang oleh panggilan yang sama, yaitu “Kagum” namun tak semua orang berakhir di tujuan yang sama, yaitu kota “Cinta”. Bila kau merasa tersesat di kota “Nafsu”, maka segeralah sadar, berlari keluar Dan berpindahlah kau ke kota yang indah, kota yang abadi, kota surga, kota “Cinta”.
Semoga Bermanfaat
Wassalam…




Catatan Penulis:
“Cerita ini dikirimkan khusus untuk  para “pengemudi” yang belum memiliki SIM (Sudah ada Iman untuk Mencinta). Karena perjalanan ini sangatlah berbahaya dilakukan tanpa persyaratan tersebut”.


Baca pula:
Hijrah
Paripurna Cinta
Bimbang
Naga Persepsi
Keindahan Trinitas Cinta
Berandal Masuk Surga
Ayam Atau Bebek

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarnya dong...