Jumat, 16 Desember 2011

Cinta Dalam Sains

Cinta merupakan satu kata yang memiliki banyak sekali makna sehingga makna dari kata tersebut seakan menjadi suatu yang bersifat subjektif saja. Apakah betul bahwa cinta hanyalah sebuah subjektifitas saja? Apabila saya mengatakan “Ya”, tentu akan banyak pihak yang akan menggugat saya dengan berbagai argument-argumennya. Walau hal itu belum terjadi tapi saya sudah bisa menebak bahwa sebanyak apa pun argument yang menentang prihal tersebut namun semua argument tersebut pastilah akan berwujud abstrak. Muhammad muhyidin dalam sebuah bukunya mengatakan bahwa semakin engkau belajar tentang cinta maka semakin tidak tahu kamu tentang arti cinta. Mesk begitu, saya tidaklah juga membenarkan pendapat ahli psikoanalisis, Emmanuel kant yang menyatakan bahwa cinta itu hanyalah nafsu belaka. Keabstrakan cinta bukanlah menjadi factor pendukung bahwa cinta itu hanyalah sebuah dorongan (kemauan/nafsu) dari dalam individu itu sendiri untuk menikmati sebuah keindahan. Kita tidaklah bisa seakan-akan sepaham dengan kant dengan pendapatnya itu. Namun keabstrakan cinta membuat kita lebih bisa mengerti bahwa cinta adalah sesuatu yang tak terbatas(tapi kita membahas cinta bukan berarti cinta itu bisa dibatasi tapi sebenarnya kitalah yang terbatas untuk memahaminya).
Berdasarkan dari asal muasalnya, pengetahuan itu terbagi atas 4, yaitu ilmu indarami, ilmu khayali, ilmu wahmi, dan ilmu aqli.(Hasan,A.A 1992) Jadi menurut hemat penulis, tidak semua pengetahuan didapatkan melalui indra ataupun akal. Namun ada pula yang didapatkan dari Hati (wahmi),seperti rasa cinta, rasa kasih, dan banyak lagi. Setelah banyak membaca dan membandingkan yang satu dengan yang lain, ternyata ada hal yang berbeda yang diungkapkan oleh kaum sainstik (empirik). Ia berdalil bahwa cinta itu adalah sebuah reaksi kimia dalam tubuh manusia sebagai proses biologis yang wajar baginya. Jadi bagi mereka menganggap cinta tidaklah berbeda dengan suhu/temperatur yang tak dapat dilihat tapi bisa dirasakan dan juga diukur (Termometer).
Pada kesempatan ini penulis tidak akan menyangka pendapat para ilmuan tapi malah akan menjelaskan sedikit tentang proses terjadinya reaksi cinta tersebut. Agar dapat menjadi bahan perbandingan kepada khalayak dan biarkan khalayak pula yang mengambil kesimpulannya.
Kita mulai dari asal muasal perasaan cinta yang kita rasakan itu. Menurut mereka perasaan itu muncul karena di dalam tubuh kita diproduksi beberapa zat-zat tertentu yang sedikit
membius otak dan efeknya bisa disamakan dengan efek narkoba. Salah satu zat ini dinamakan feromon. Istilah feromon berasal dari bahasa Yunani yaitu “phero” yang artinya “pembawa” dan “mone” artinya “sensasi” jadi feromon berarti pembawa sensasi. Senyawa feromon sendiri didefinisikan sebagai suatu subtansi kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh mahluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu
proses reproduksi. Senyawa feromon pada manusia terutama dihasilkan oleh kelenjar endokrin pada ketiak, telinga, hidung, mulut, kulit, dan kemaluan. Feromon aktif apabila yang bersangkutan telah akil balig(17+). Feromon ini bisa mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh manusia lainnya (terutama otak). Contoh paling mudah adalah "bau badan". Setiap manusia punya bau badan yang khas dan menjadi cirri dirinya. Oleh para ahli dianalogikan bahwa bau badan itu seperti "sidik jari”. Jadi, kita masing-masing punya bau yang unik dan sangat berbeda dengan manusia lainnya. Dengan demikian feromon yang dihasilkan manusia, di masa depan bisa jadi salah satu identitas diri.
Sifat dari senyawa feromon sendiri tidak kasat mata, mudah menguap, tidak dapat diukur, tetapi ada dan dapat dirasakan oleh manusia. Senyawa feromon ini biasa dikeluarkan oleh tubuh saat sedang berkeringat dan dapat tertahan dalam pakaian yang kita gunakan. Feromon pada manusia merupakan sinyal kimia yang berada di udara yang tidak bisa dideteksi melalui bau-bauan tapi hanya bisa dirasakan oleh vomeronasalorgan (VMO) di dalam indra pencium. Sinyal feromon ini diterima oleh VMO dan dijangkau oleh bagian otak bernama hipotalamus. Di sinilah terjadi perubahan hormon yang menghasilkan respons perilaku dan fisiologis. Menimbulkan rasa ketertarikan antara dua orang berlainan jenis dengan bekerja sebagai pemicu dalam reaksireaksi kimia. Ketika dua orang berdekatan dan bertatapan mata, maka feromon akan tercium oleh organ tubuh manusia yang paling sensitive yaitu VMO, organ dalam lubang hidung yang mempunyai kepekaan ribuan kali lebih besar daripada indera penciuman. Dari disinilah terjadi
apa yang dinamakan dengan cinta.
Dalam proses yang lain, Cinta juga dipengaruhi oleh pelepasan hormon/neurotransmitter. Hormon berasal dari bahasa Yunani “Horman” yang berarti “menggerakan”, atau dengan kata lain hormon adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Berbeda dengan feromon yang dapat menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat mempengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies), hormon hanya dapat menyebar di dalam tubuh. Saat kita mencintai seseorang maka dilepaslah hormon-hormon yang membuat tubuh kita bereaksi, merasakan berbagai perasaan dan emosi. Salah satu hormon yang dikeluarkan oleh tubuh itu adalah dopamin. Dopamin ini memiliki efek selayaknya kokaine. Ketika Anda bertemu seseorang yang Anda sukai, hormon dopamine ini bekerja dan sifatnya addictive. Artinya mereka yang menyukai pasangannya seakan-akan ketagihan untuk terus bertemu dengan orang yang disukainya itu. Dalam proporsi yang tepat, dopamin menciptakan energi intens seperti kegembiraan, dan fokus perhatian, dan itulah sebabnya, ketika Anda baru jatuh cinta, Anda dapat duduk seharian menatap si dia tanpa ada rasa lelah sedikit pun. Bahkan jika dosis hormon tersebut berlebih dapat mengakibatkan si penderita lupa diri (dan inilah menurut mereka penyebab bunuh diri).
Dalang dibalik keadaan tersebut adalah hormon fenylethilamin. Selain hormon fenylethilamin ada juga hormon adrenalin. Sebagian pengaruh dari adrenalin ada yang mirip dengan fenylethilamin, yaitu mempercepat nafas. Selebihnya ada lagi hubungannya dengan, "tak ingat makan, tak ingat minum..". Ketika hormon ini bekerja, efek yang ditimbulkan dapat menghilangkan nafsu makan karena organ pencernaan jadi bekerja lebih lambat. Nah, yang berikutnya rada-rada menakutkan. Rupanya, selain hormone dopamine yang bekerja selayaknya kokaine, ada juga hormon yang bekerja selayaknya morphine. Hormon ini bernama endorpin. Endorpin dikatakan adalah morfinnya tubuh karena memang sifatnya yang seperti morfin. Hormon ini sebenarnya hanya akan muncul ketika kita merasakan sakit, kegembiraan, dan orgasme. Namun, rupanya ketika kita jatuh cinta, hormon ini juga bekerja, oleh karena itu orang yang jatuh cinta merasa bahagia (kadang-kadang membuat senyum-senyum sendiri). Uniknya ketika Anda memakan cokelat, hormon endorpin ini juga akan dihasilkan(Itulah sebabnya banyak pemuda memberikan hadiah cokelat kepada pasangannya).
Selain itu ada juga vasopresin. Hormon ini memiliki peranan dalam kegiatan sexual. Hormon ini dapat menekan sekresi air, berperan sebagai antidiuretik yang dapat mengatur pengeluaran urin. Tanpa hormon ini, Anda sudah pasti memerlukan bantuan pampers karena tidak bisa mengatur air kencing sendiri. Dan yang terakhir adalah oxytocine yang merupakan hormon yang terkait dengan perasaan kepuasan. Ketika Anda memeluk atau membelai pasangan Anda, hormon ini akan dihasilkan di hipotalamus. Saat kita jatuh cinta, bagian otak yang bertugas sebagai pengontrol depresi dan analisis, sama sekali tidak bekerja, sebaliknya bagian otak pengontrol intuisi, rasa "ser-seran" dan bagian otak yang bekerja merespon obat bekerja dengan aktif. Kesimpulannya Menurut psikiater dan asisten klinik psikiater di University of California San Francisco School of Medicine, Dr. Thomas Lewis, dalam bukunya yang bertajuk A General Theory of Love mengatakan, “jatuh cinta memang bukan merupakan fungsi otak, jatuh cinta itu lebih merupakan fungsi saraf “. Jadi tidak heran kenapa orang yang jatuh cinta kerap melakukan hal-hal bodoh, karena mereka -mungkin- "bekerja" tanpa menggunakan otaknya. Mengingat penelitian biologi saat ini, tampaknya bahwa ungkapan "jatuh cinta membuat gila" bukan hanya metafora. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa jatuh cinta secara fisiologis mirip dengan penyakit mental. Misalnya saja gangguan seperti OCD (Obsessive- Compulsive Disorder). Si penderita OCD biasanya mempunyai pikiran tertentu yang tak dapat dilenyapkannya (obsesi) atau melakukan suatu tindakan berulang-kali tanpa kendali (kompulsi). Hal ini berkaitan dengan ketidakseimbangan serotonin, dan ketika dipelajari, peneliti
menemukan bahwa seseorang yang jatuh cinta memiliki kadar serotonin 40% di bawah normal.
Tapi menurut mereka, apabila ada pasangan yang mempunyai hubungan jangka panjang dan bahagia berarti telah beralih dari kedaan dimabuk asmara akibat dopamin- ke induksi oxytocin tenang. Oksitosin selain terkait dengan perasaan kepuasan sebagaimana dituliskan sebelumnya adalah hormon peptida yang mempromosikan rasa ikatan dan hubungan dan dilepaskan selama menyusui, pelukan, dan orgasme. Pasangan yang berhasil dalam mencari cara untuk merangsang pelepasan oksitosin dalam satu sama lain lebih cenderung senang untuk tetap selalu bersama. Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk merangsang pelepasan oksitosin, dan dengan demikian tetap saling terhubung dan bahagia dengan pasangan. Dan sebagai tips, dia pun menganjurkan hal dibawah (mungkin khusus buat pasangan suami istri) :
1. Seringlah berpelukan.
2. Saling memandangi satu sama lain ketika Anda sedang berbicara atau sedang berduaan.
3. Melakukan petualangan bersama-sama, seperti mengunjungi tempat-tempat baru, naik roller coaster, berolahraga bersama, dll.
4. Tertawa bersama.
5. Saling memberi pijatan.
6. Setiap kali konflik terjadi, sebelum meningkat menjadi marah segeralah terhubung secara fisik dengan satu sama lain (berpegangan tangan, memeluk, dll), bernapas bersama-sama selama beberapa menit, kemudian bicara.
            Itulah beberapa penjelasan singkat tentang proses terjadinya reaksi cinta dalam tubuh kita. Semoga hal ini dapat bermanfaat buat anda sekalian (terkhusus buat penulis sendiri).

Baca pula:
Perguruan tinggi sebagai benteng penghalang korupsi
Lukisan dunia
Kisah "perahu Nabi Nuh" Banda Aceh
Sejarah kelam masa-masa sekolah
Ibu

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarnya dong...