Senin, 28 Maret 2011

Lukisan Dunia

Telah disibukkan oleh dunia materi, semua hal menjadi terlupakan. Mulai dari dia, orangtua, saudara, dan semua keluarga, Ku. Tapi sebenarnya, ini semua untuk mereka. Lelah tubuhku bergerak tanpa henti waktu demi waktu, hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik, semua terlewati sangat cepat dan terasa olehku, keringat terkucur dalam dalam dinginnya musim, menggigil dalam terik panasnya persaingan, mengharap sekoin upah dari asa kerjaku ini. Ingin rapuh terasa tulang-tulangku, menopang sebuah massa yang sangat berat. Tuntutan ini bukanlah tertuju kepada siapa-siapa, namun semua ini ku tujukan kepadaNya. Karena hanya Dia lah tempatku meminta, tempatku mengharap. Bukannya ku mengeluh, bukan pula ku merengak tapi ku merasa hanya Dialah yang dapat menolongku. Semua bibit telah kutanam, tiap hari ku pun selalu merawatnya agar tak mati dilibas kerasnya dunia, ku memberinya pupuk agar ia kuat untuk tumbuh dan bersaing dengan yang lainnya.
Kebahagiaan. Sebenarnya, hanya kata itulah yang ingin kuaktualkan dari eksistensinya. Berbagai macam cloning dirinya, sampai-sampai banyak manusia yang tertipu dan terjatuh dalam kubangan kesesatan materi. Dan semuanya tak ada yang abadi. Aku tak ingin tertipu seperti mereka, namun ku merasa telah masuk dalam penjara itu, kubangan itu. Bagaimana untuk keluar dari sini? Akankah aku bisa keluar dari sini? Atau aku akan abadi disini? Merasa nyaman dalam kebahagiaan yang sesaat.
Tolong, tolonglah aku Tuhan...
Resistent diriku telah hancur lebur bak tsunami yang telah melululantahkan negri sakura, Iman ini telah habis termakan rayap-rayap dunia, dicabik-cabik oleh anjing kerakusan. Potret ini sangatlah kelam buat dipertontonkan, apa boleh buat, hal ini terpampang jelas dalam diriku. Semua khalayak pun tau siapa diriku dan betapa busuk aroma imanku ini. Kalaupun ada yang tak tahu itu, tetap saja Dia tahu tentang kemunafikan diriku. Aku tak dapat sama sekali menyembunyikan kebohongan itu dariNya. Ia tahu segalanya.
Engkau telah meniscayahkan diriku hadir dialam ini. Awalnya kertas itu masih putih polos tanpa ada coretan sedikit pun namun sekarang telah mepuh oleh coretan duniawi. Ku ingin memohon kepadaMU, berikanlah kesempatan untuk memperbaiki lukisanku ini. Meski dulu telah buram dengan coretan tanganku sendiri, izinkan aku memutihkan kembali kertas itu dan kalaupun akan ada coretan diatas kertas itu, anggap saja itu adalah coretan akhirat diatas kanvas dunia. Amin...

Baca pula:
Kisah "perahu Nabi Nuh" Banda Aceh
Sejarah kelam masa-masa sekolah
Ibu
Perempuan
Lihatlah Istrimu

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarnya dong...