Minggu, 04 Maret 2012

Polos Atau Bodoh

“Selalu saja seperti ini”,gerutuku dalam hati.
          Budaya kita memang tak banyak berubah. Walau kini saya telah berseragam putih abu-abu, tapi kebiasaan “ngaret” masih saja terawat dilingkungan terhormat ini, lingkungan pendidikan. Alangkah buruk wajah pendidikan kita. Karena itu pulalah sebabnya muncullah sebuah candaan yang mengatakan bahwa kebiasaan ini menjadi bawaan anak-anak negri kita selama Negara kita masih menjadi penghasil karet dunia. Sebuah lelucon yang lucu sekaligus mengerikan buat saya.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00, tapi belum ada tanda-tanda “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” itu akan masuk ke kelas ini. Mungkin ia ada masalah keluarga sehingga paginya sibuk sendiri mengurusi ini dan itu. Mungkin juga ia memang terlambat bangun karena semalam nonton liga inggris sampai dini hari. BUT Whatever, saya seakan tak mau tau dengan masalahnya. Karena aku sudah terlanjur jengkel dengan keterlambatan seperti ini.
Sebenarnya saya biasa membawa buku(maksudnya sih novel,wkwkwkw…J) untuk mengisi waktu senggangku. tapi karena tadi berangkatnya buru-buru makanya bukunya tertinggal dirumah. Di kelas, semua punya obrolan masing-masing. Ada yang bahas masalah kencan dengan pacarnyalah, pengalaman dikejar polisi semalam karena ikut balapan liar, sampai bahas masalah politik dalam negri segala (kayak politisi aja), sekolah saja belum kelar mau urusin soal Negara (Pikir picikku menghancurkan perhatiannya terhadap masalah yang dihadapi Negara ini). Saya kadang bergabung dengan obrolan pecinta bola dikelas tapi berhubung kemarin tim kesayangan saya kalah makanya saya malas ngebahasnya disana.
……^^^^^……
          Tak terasa jam pertama pun sudah lewat. Negara kini sudah rugi lagi deh. Andai pelajaran tadi bisa masuk, paling tidak para pemudanya bisa maju selangkah dalam berpikir. Saya jadi teringat dengan pesan Bung Karno, kata beliau “1000 kaum tua bisa bermimpi tapi 1 pemuda bisa mengubah dunia”. Secercah harapan yang diberikan kepada para pemuda bangsa ini, memang terkadang berbanding terbalik dengan tindakan yang ia peroleh dari kaum tua (Pemerintah), kreativitasnya terkungkung dalam sebuah penjara yang diberi nama “Kedisiplinan”. Langkahnya terhenti, idenya terpotong, semuanya serba dibatasi dengan aturan-aturan yang tidak jelas. Maka cukup wajar jika para pemuda kreatif kita lebih memilih berkreasi dinegri orang dibanding ditanah kelahirannya sendiri. Tidak mendapat perhatian yang pantas, tempat yang layak, dan biaya yang cukup. Eronis memang. Khusus soal dana, mungkin lebih banyak masuk ke perut para tikus-tikus pemerintah (tapi tidak semua juga yach…), yang telah lama menggerogoti bangsa ini.
……^^^^^……
          Dalam sebuah lirik lagu Bang H. Rhoma, mengatakan “masa muda, masa yang berapi-api”. Memang Bang Haji saat menciptakan lagu ini berada pada masa itu, jadi ia pun paham betul apa yang menjadi kerisauan para pemuda. Tak ada yang salah dengan semangat itu, bangsa ini hanya butuh tokoh yang bisa mengarahkan jalan mereka, mewadahi tempat mereka untuk berkreasi. Entah bodoh atau ini hanya buah dari kepolosan seorang anak muda, tapi kala itu saya dan kawan-kawan baru saja melakukan tindakan yang melanggar aturan sekolah (saya tersenyum sendiri kala mengingat hal ini). Jika ditinjau dari segi filosofi(maaf kalau,penulisnya sok filosof), sebuah pagar/pintu dibuat untuk membantu si pemilik lahan dari gangguan ekternal (hewan ataupun pihak-pihak yang ingin masuk dan mengganggu si pemilik lahan). Jika lihat dari sisi ini maka seorang siswa yang meloncati pagar sekolahnya sendiri dan itu melukai dirinya sendiri,bisa dibilang ini adalah tindakan yang sangat bodoh(artinya penulis adalah orang bodoh,hehehe…).
          Memang sangat lucu sih jika ingin menceritakan hal ini karena ini adalah kekonyolan segerombolan anak muda yang kena sial lantaran “kenakalannya” sendiri. So…begini kisahnya.
          Hari itu adalah hari sabtu. Seperti biasa proses belajar mengajar dimulai pukul 07.00 tepat. Tapi kali ini ada yang berbeda pada jam kedua (pukul 10.00), semua guru dan pejabat sekolah mengadakan rapat. Tapi…..walau begitu Kepsek memerintahkan kepada semua guru agar memberikan tugas kepada siswa-siswanya sebelum menghadiri rapat. Ini dilakukan supaya proses belajar mengajar tetap terlaksana (padahal kan Cuma belajar sendiri yach…). Dari sinilah rencana busuk itu muncul.
          Ketika sedang lesu mengerjakan tugas dari guru, tiba-tiba salah seorang teman mengeluarkan ide briliannya itu. 5 sekawan inipun sekjab terdiam dan tak berapa lama, senyum pun tersirat dibibir mereka semua. Tanpa piker panjang semuanya pun berbenah, semua beres, kita pun kabur…(Don’t try at your scholl)
          Karena yang memimpin misi ini adalah “Raja Bolos” di sekolah ini, mestinya semuanya berjalan dengan lancer tapi….semua itu hanya tinggal diangan saja.
          Semua berjalan sambil menengok ke kiri dan ke kanan. Setelah tiba di lokasi, kita pun tertawa dengan senangnya, menganggap misi ini terlalu mudah untuk diselesaikan. Tanpa piker panjang, satu per satu semua meloncat dari pagar setinggi 2 meter ini. Dengan bermodal sebatang kayu, hal itu lebih memudahkan aksi kita kali ini. Memang komandan kita yang satu ini sudah punya persiapan yang sangat matang. Seolah-olah hal ini sudah direncanakan jauh-jauh hari.
          Tapi……setelah melewati semuanya, disinilah terjadi hal konyol itu. Hal yang membuat kita semua tertawa terbahak sekaligus membuat kita termuntah-muntah.
          Hehehe…. J
          Penasaran…???
          Mau tau????
          Aku jadi malu bilangnya.
          Setelah semua menyebrang dengan selamat, kita semua pun saling mengendus satu sama lain.
          “Kayak ada yang bau?”,tegur aku
          Sang komandan pun menyadari itu. Dan ia melihat tenyata semua pakaian kita sudah penuh dengan kotoran manusia. Menjijikkan….semuanya pun muntah sejadi-jadinya dan tak tau berbuat apa. Untungnya, salah seorang teman kami ada yang rumahnya tak jauh dari sekolah. Kita pun segera berlari kesana. Sungguh menyedihkan petualangan kami…. L
          Keesokan harinya, setelah mencari tahu,ternyata ini smua ulah dari si penjaga sekolah yang sudah jengkel dengan ulah si komandan yang hampir tiap membolos sekolah. Mungkin pepatah yang cocok untuk saya,”Karena nila setitik rusak susu sebelangah” yang artinya karena ulah si komandan kena tai semuanya (wkwkwkwkw…..).
          Telah bertahun sudah kisah itu berlalu tapi jika terlintas dianganku, hal itu pun masih bisa mengocok isi perutku sejadi-jadinya.
          Kawan…dimanakah kalian semua.
          Aku rindu kebersamaan kita yang dulu.
          Mungkin kini kau telah bahagia dengan istri dan anakmu.
          Mungkin juga, kau masih asyik dengan kisah romantic dengan pacarmu.
          Tapi saya berharap, kamu tak senasib denganku.
          Yang masih menunggu seseorang yang tak jelas.
          Initial D, dimanakah kamu berada?

Baca pula:
Habibie Kecil
Edisi Jalan-jalan
Nama Baru
Penantian
Awal perjumpaan kembali

2 komentar:

  1. kenangan?
    ah ya, aku juga suka mengenang
    sesuatu yg terlihat bodoh saat ini, mungkin akan jadi hal indah yang tak terlupakan suatu saat nanti

    BalasHapus
  2. kenangan memang pengetahuan yang susah untuk dilupakan.dan kenangan juga trllu indah untuk dilupakan.so,
    selamat mengenang...

    BalasHapus

Tinggalkan komentarnya dong...