Minggu, 29 Januari 2012

Habibie Kecil

Lanjutan dari:

  “Pagi anakku,..,bangun yuk. Sekarang dah pagi nih. Adzan subuh sudah memanggil-manggil ade’ tuh”,seru ibuku.
Usapan lembutnya dikepalaku seakan menandakan ketulusan serta keikhlasan darinya. Meski diusia yang masih terbilang “kecil”, ia dengan sabar tak pernah letih untuk membimbing dan mengajariku akan baik dan pentingnya shalat 5 kali sehari. Kini genaplah sudah usiaku yang kelima, dan sekarang saya telah duduk dibangku sekolah dasar. Memang sih, saya lumayan cepat untuk mengenyam pendidikan elementary. Semua itu karena kondisi tubuhku yang pada saat itu lebih “besar” dibanding anak-anak yang lain makanya orangtuaku memutuskan untuk langsung memasukkan saya ke sekolah dasar, mereka khawatir jikalau nanti saya menjadi olok-olokan teman-temanku. Sungguh ia ingin menjaga anaknya ini dari segala fitnah. Walaupun saya belum pernah melewati bangku kanak-kanak, tapi saya tetap bisa beradaptasi dengan yang lainnya.  Jadi dikelasku kala itu, saya adalah siswa termuda diantara semuanya. Tapi meskipun begitu, teman-temanku tetap tidak menganggap itu sebagai perbedaan antara kita.. Di kehidupan masa kecilku, tak pernah sama sekali ku merasakan sebuah kesedihan walaupun hanya sesaat. Kondisi orangtua yang berkecukupan dan status social yang  telah membuat semua itu terbentuk dan menjadikanku sebagai seorang anak yang mempunyai etika dan sikap sopan santun yang menjadikan sebuah “sekat” penghalang yang tebal antara saya dan teman-temanku yang lain. Kulit putih nan bersih, pakaian super rapi serta wajah berseri yang tak pernah tertutupi oleh kesedihan merupakan ciri dari seorang Idin kala itu. Tak begitu banyak teman yang ingin bergaul denganku, mereka merasa minder dan “tak selevel” dengan diriku meskipun aku tak pernah berpikir seperti itu. Namun ku selalu mencoba untuk merakyat dengan mereka semua. Terkadang saya main ke rumah mereka, belajar bersama, bercanda bersama dan saling berbagi dengan mereka semua. Kedekatan itulah yang selalu kupupuk sampai akhirnya kami pun kini telah tumbuh hingga dewasa saat ini.
……^^^^^……
Langit cerah hari itu, aku bangun begitu pagi untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Ini adalah hari pertamaku masuk sekolah, Perasaan deg-degan senang bercampur cemas menyelimuti hatiku. Seorang bocah 5 tahun ini, kini telah berseragam putih merah dengan dasi yang terikat dileherku serta topi imut yang menutupi kepala seorang calon “Insinyur” muda. Semua murid baru saat itu diantar oleh kedua orangtuanya. Semua ibu mengandeng tangan anaknya dan mengantarnya hingga di depan kelas. Tapi setelah ibu guru memasuki ruangan kelas, para orangtua pun menyuruh anaknya untuk masuk ke dalam kelas tanpa didampingi olehnya. Banyak yang menangis merengek, takut ditinggal orangtuanya. Begitu tampak kemanjaan dari wajah mereka semua. Namun tak semua murid bersikap seperti itu, ada beberapa anak yang berjalan sendiri ke tempat duduk yang ia sukai dan duduk tegap dibangkunya masing-masing dengan senyuman yang kalem. Salah satu diantara mereka adalah aku(dengan bangga tentunya). Berbeda dengan anak-anak manja itu, saya malah duduk dengan santai akan kemandirian serta kepercayaan diri yang telah ditanamkan oleh orangtuaku.
……^^^^^……
“Selamat pagi anak-anak..”,sapa ibu guruku.
“Pagiiiii ibu guruuu..,,...”,jawab semuanya.
Sambutan yang hangat dengan senyum lebar sangat murah diberikan darinya untuk kita semua. “Nama ibu, ibu Ros”,begitu ibu guru memperkenalkan dirinya. “Mulai hari ini Ibu yang akan mengajar semua pelajaran buat kalian semua”, lanjutnya.
 Setelah itu, dengan panjang lebar ibu guru memperkenalkan dirinya didepan kita semua.
“Sekarang ibu guru mau ajak anak-anakku semua untuk memperkenalkan dirinya satu per satu didepan, biar teman-teman yang lain juga bisa kenal sama kamu”, ibu guru ajak keberanian kami semua.
“Ayo..sapa yang mau?”, lanjut dia dengan nada menantang.
“Ayo..,Ayo..,,”, Provokasi orangtua-orangtua kami yang masih berada diluar ruang kelas.
”Saya bu guru...”,unjuk tangan seorang anak yang ada disisi kanan depan kelas.
“Ayo ke depan nak”, panggil ibu guru.
Dengan beranipun dia maju ke depan.
Tanpa ada ragu sedikitpun ia berjalan ke depan, seakan ia ingin membuktikan kepada seseorang bahwa ia telah besar kini. Tau tidak siapa bocah pemberani itu???
“It’s me....,”
“Yach, itu aku. Muhammad Muhyidin”.
Setelah didepan kelas, saya pun mulai memperkenalkan diriku.
“Nama saya Muhammad Muhyidin dan ayah ibuku sering memanggil dengan Idin”, ucapku.
Dengan sebuah senyuman, saya pun melanjutkan perkenalanku. “Ibu Saya bernama Maryam dan ayah saya bernama Andi. Dan mereka berdua sangat sayang sama saya. Setelah memperkenalkan diri, semua teman-teman baruku pun memberikan tepuk tangannya kepadaku dan tak ketinggalan pula ibuku juga mempersembahkan tepuk tangan kebanggaannya kepada anaknya ini.
“Ayo, siapa lagi yang mau memperkenalkan dirinya?”, ajaklah ibu Ros.
Dengan kepercayaan diri yang tak mau kalah dengan diriku, temanku pun yang satu ini maju dengan PD nya. Namanya Anas, ia anak salah seorang pejabat daerah dikota ini. “Buah tak pernah jauh jatuh dari pohonnya”, mungkin inilah pribahasa yang tepat buat temanku yang satu ini. Meski baru berusia 6 tahun tapi peringainya sudah memperlihatkan wibawa seperti bapaknya, yaitu kecongkakan seorang pejabat. Kalau tentang dia, nanti akan saya ceritakan lagi.
……^^^^^……
Setelah hampir semua murid telah memperkenalkan dirinya, tinggal beberapa siswa lagi yang belum naik untuk memperkenalkan diri. Dan akhirnya seorang siswi yang pemalu itu naik, dengan poni yang mengkhiasi wajahnya dan pipi merah merona serta hiasan manisnya senyum tersirat dibibirnya, membuat siapa saja serasa pengen mencubitnya. Itulah Dila, perempuan anggun yang mungkin pertama aku kenal di dunia ini. Perempuan yang satu inilah yang akan membuat hati ini menjadi rindu setengah mati dan tak tau mesti berbuat apa.  Perempuan yang sekarang tak tau kemana rimbanya kini. Berbagai cara telah ku lakukan untuk mencarinya tapi hingga saat ini belum juga terlihat batang hidungnya. Meskipun dia telah lama meninggalkan diriku tapi sampai detik ini, wajahnya masih saja memenuhi seluruh khayalku. Entah bagaimana kabarnya kini, mungkin ia telah jadi istri orang lain, atau mungkin ia telah pergi mendahuluiku menghadap kepadaNya? Begitu banyak pertanyaan konyol yang timbul bila nama itu terngiang diakalku. Masih kecil kok dah ngomongin perempuan sih…,tapi itulah kenyataannya sob. Berawal dari pertemananku disekolah dulu, tapi kini dia telah berubah menjadi sebuah status pertemanan special atau mungkin bisa juga diistilahkan sebagai pacar khayalan. Pintar, baik hati, pengertian, perhatian, dan masih banyak yang lain lagi. karena itu semua hati ini terasa terpenjara oleh kenangan masa lalu.
……^^^^^……
Sepertinya pembahasan kita sudah terlalu jauh bergeser dari tema, kalau begitu kita kembali lagi pada pembahasan sebelumnya. Tapi, mungkin kita tak perlu membahas terlalu panjang tentang masa kecilku. Cuma ada satu yang mesti dan perlu untuk disampaikan disini, sebuah kenyataan tercatat di masa SD ku dulu, bahwa kala itu saya termasuk seorang siswa berprestasi yang tak pernah skalipun terlupakan namanya didengung-dengungkan dalam upacara penerimaan rapor disekolahku setiap Cawunya.
          Telah menjadi tradisi disekolah ini dihari penerimaan rapor, setiap siswa wajib mengundang orangtuanya untuk hadir disekolah untuk mengambil langsung hasil kerja peras otak anaknya selama satu caturwulan (CAWU). Dalam satu tahun, sekolahku mengadakan acara ini sebanyak 3 kali dalam setahun. Dihari itu pun semua siswa dibolehkan membawa bekal makanan, sebagai tanda kebahagiaan dan kebersamaan dalam pencapaian menyelesaikan ujiannya di kelas cawu ini. Tapi sebelum acara “makan-makan” itu dimulai, ada momen tersendiri yang dinanti-nanti sekaligus paling menegangkan buat para orangtua siswa, yaitu pemanggilan siswa berprestasi maupun siswa yang kurang berprestasi ditengah lapangan upacara. Hal ini merupakan sesuatu yang mempunyai nilai positif yang sangat besar. Di satu sisi, murid-murid akan terpacuh semangatnya agar dapat membuat bangga orangtua mereka disekolah atau sekedar menjaga image orangtuanya dimata orangtua siswa yang lain. Dan sisi yang lain, orangtua akan lebih konsen untuk mendisipilinkan anaknya dalam belajar dan menuntun anak-anak mereka menuju masa depannya. Kalau tidak demikian maka orangtua itu sendiri yang akan malu dengan cibiran orangtua lain yang melihat anaknya masuk dalam “Black List kali ini.
          Jadi bukan hanya siswa yang saling bersaing dengan prestasinya disini, tapi orangtua pun juga bersaing dalam mempertahankan kehormatannya masing-masing.
          Yang ditunggu-tunggu pun telah tiba. 3 orang  juara kelas untuk kelas 1 akan segera dipanggil namanya untuk maju ke depan.
          Dengan lantang pun bapak kepala sekolah mengumumkan,
Seru pak kepsek, ” Untuk peringkat ketiga diperoleh Dinda Cahya Lestari.”. tepuk tangan pun langsung bergemuruh.
Lanjut kepala sekolah,” Untuk peringkat kedua jatuh kepada Dila amaliah putri.” kembali gemuruh sorak berdecak. “
Saat yang dinantipun tiba, Lanjut kepala sekolah, ”Dan untuk Peringkat Pertama diperoleh  Muhammad Muhyidin”. dan tepukan tangan pun kembali bergemuruh. Aku pun maju ke depan dengan sedikit malu dilihati oleh banyaknya orang yang hadir saat itu. Saat berdiri disana, ku lihati wajah ibuku dari kejauhan. Senyumnya merekah begitu manis, membuatku tertular oleh senyuman itu dan aku pun ikut tersenyum dibuatnya.
          Hampir 1 jam lamanya upacara itu berlangsung. Setelah selesai, ibuku pun menghampiriku. Senyumnya pun belum hilang dari wajahnya. Sebagai ungkapan kebahagiaannya ia pun mengangkat dan menggendongku lalu berkata,” Ini dia Habibie kecilku”. Aku pun sangat bahagia mengingat masa itu. Untuk kali pertamanya dalam hidupku, membuat bangga kedua orangtuaku didepan khalayak ramai. Mulai saat itulah, banyak yang mengenalku sebagai seorang anak yang pandai.
……^^^^^……
Tahun pun berganti tahun, kini aku tumbuh semakin besar. Kini saya telah duduk dikelas 6 SD dan sebentar lagi saya akan meninggalkan sekolah yang sangat ku cintai ini. Terlalu banyak cerita yang terukir disekolah ini. Masa kecil ku hampir habis kulewati bersama teman-temanku dari sekolah ini, mungkin terlebih kepada “Dia yang tak perlu Ku sebut namanya”. walau dia hanya menganggapku sebagai teman biasa.
……^^^^^……
Ujian akhir sekolah merupakan sebuah ujian yang sangat memeras otak dan mental seorang siswa polos seperti saya. meski hanya berlangsung selama 3 hari tapi ujian kali ini menentukan nasib perjuanganku selama 6 tahun. Banyak sekali persiapan yang kulakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian kali ini, baik itu secara pribadi maupun persiapan yang dilakukan sekolah untuk membantu murid-muridnya dalam ujian kelulusan tahun ini. Tumben, sekolah saya ini juga masuk dalam sekolah favorit dikota ini. Ada banyak hal yang dimiliki sekolah ini yang dimana sekolah lain belum memilikinya. Salah satu yang paling special diantaranya adalah grup Drum Band.
Dalam setiap acara 17an maupun kegiatan-kegiatan penting lainnya, grup Drum Band sekolahku selalu menjadi sesuatu yang dinanti semua penonton yang hadir dalam acara itu. Semua personil grup Drum Band ini berasal dari siswa sekolah sendiri. Biasanya dipilih dari kelas 5 dan 6 untuk bisa jadi anggota. Setelah jadi anggota, mereka pun diwajibkan ikut latihan Drum tiap sore di sekitar sekolah, terlebih saat ada momen-momen tertentu. Tak ketinggalan juga, saya pun pernah menjadi salah satu personil grup Drum Band ini. Dan sangat menyenangkan bisa bergabung dalam grup Drum Band ini.
……^^^^^……
Hari ujian pun telah tiba, semua perlengkapan telah sedari kemarin ku persiapkan. Kondisi badan pun ikut ku jaga demi untuk kelancaran saya dalam mengerjakan soal-soal ujian esok. Pagi ini hampir tak ada bedanya dengan hari-hari lainnya, tapi mengapa hari ini terasa sangat menegangkan buat saya.
“Ade tenang aja yach,”
“Ade pasti bisa kok nyelese’in smua soal-soal ujian itu”,ujar ibuku.
“Sapa dulu dong? anak ibu..!”,lanjut saya dengan bangga.
Ibuku pun mencium dahiku mewakili restunya yang diberikan kepadaku. Optimismeku pun melonjak naik bak roket “SpaceX Falcon 9” yang berhasil tiba di orbit bumi setelah diluncurkan dari Cape Canaveral Air Force Station di Florid, Amerika Serikat.
Setelah tiba diruang ujian, ku pun mulai berdoa memanjatkan restu dari Zat yang kuasa atas segala sesuatu, karena ijinNyalah ku dapat seperti saat ini. Dan telah sepantasnyalah aku memohon kepadaNya, karena denganNyalah segala pengetahuan yang dia pinjamkan kepadaku dapat masuk dan membimbing aku dari segala tipu daya dunia.
……^^^^^……
Setelah 3 hari berlalu, akhirnya selesailah semua ujian akhir yang diselenggarakan tahun ini. Tak ada hal yang begitu menghambat dalam ujian kali ini. Semuanya terasa biasa-biasa saja.
……^^^^^……
Dan rasa penasaranku pun bertambah besar akan tingkat pendidikan yang akan saya arungi selanjutnya, SLTP. 6 tahunku bersama sekolah ini terasa baru kemarin, namun terlalu banyak cerita yang terukir ditempat ini. Dan sebentar lagi aku pun akan meninggalkan semua kenangan masa kecilku disini. Dalam kurung waktu hampir 1 bulan lamanya, ku menghabiskan waktuku dengan sebaik-baiknya kepada teman-temanku untuk berkumpul, bercanda bersama sambil menanti hasil ujian kelulusan kita semua. Karena tak menutup kemungkinan kita akan berada disekolah yang berbeda atau mungkin ada diantara kita yang melanjutkan pendidikannya diluar kota. Terutama kepada dirinya, “Dia yang telah mengajari aku akan sesuatu yang tak  dapat terpahami oleh indra ini namun semuanya terasa mati dan kaku ketika dia ada dekatku”.
……^^^^^……
Kenangan tentang dirinya pun akan sangat terasa ketika aku ber”De Javu” akan masa itu, masa yang seakan ingin ku ulangi lagi dalam hidup ini. Namun semua itu hanyalah sesuatu yang mustahil, saya hanya bisa berusaha untuk bisa mencari sebanyak-banyaknya informasi tentang keberadaannya kini. karena belum pernah terlintas sedikitpun saya akan menyerah untuk menemukan dirinya.

2 komentar:

  1. So.. sweeet.... jangan Pernah berenti untuk mencarinya sebelum menemukannya...
    Semangat..!!!
    Salam buat Dilla.. :D

    BalasHapus
  2. masalahnya mba ifa, si Dila itu ada nya cm dikhayalan aku sj.jd orgnya tuh sbnrnya tdk kmn2

    BalasHapus

Tinggalkan komentarnya dong...