Senin, 14 Februari 2011

Edisi jalan-jalan

Banyak sekali penak yang tertampung dalam akal ini, ingin ku sedikit merefresh kembali agar tak menimbulkan kegalauan dihati. Kali ini di sebuah tempat yang jauh dari langkahku dulu untuk bergelut dengan dunia kampus, ku berada ratusan kilometer dari sana. Banyak sejarah yang telah terekam di tanah ini. Dimana kaum bangsawan dan kaum jelatah bersatu padu dalam sebuah kerajaan yang berdiri sebelum kemerdekaan negri ini. Banyak persepsi yang berkontradiksi di kerajaan itu, namun bagiku hakikatnya hanyalah satu, yaitu kerajaan ini adalah Pahlawan buat negri ini.
Bumi Bone kini banyak berubah dari substansinya. Sudah terlalu banyak aksiden yang mewarnai tempat ini. Baik itu dari segi materinya maupun dari segi non materinya. Teknologi punya banyak peran dalam mengubah negri ini, termasuk di tempat ini. Positif maupun negatif, semua punya bagiannya masing-masing. Dan disini, di kampung halaman nenek moyangku ini telah banyak energi positif dan negatif yang saling berperang memperjuangkan kemenangan untuk menjelaskan sebuah arti tentang kebenaran.
Kedatanganku disini sebagai bentuk perlawanan menjaga kesucian tanah kelahiran nenek moyangku oleh lawan berat kita selama ini yaitu, MEDIA. Teknologi ini merupakan media yang membantu kita menyebarkan banyak sekali informasi yang dulu sangat susah untuk tersampaikan. Ia bagaikan “Pisau Tajam”, tergantung siapa saja yang memakai benda tersebut. Jika benda itu ingin dipakai membunuh, maka pisau itu akan menjadi Iblis pencabut nyawa. Namun jika benda itu ingin dipakai untuk menyembeli hewan kurban maka pisau itu akan menjadi Malaikat pembagi rezki.
Sejuk pagi menyengat kulit keringku. Membangunkan aku dari tidur lelapku. Hari ini aku akan memulai peperangan itu. Di sebuah lingkungan akademik yang diberi nama SMA 2 Libureng. Wadah yang menjadi majelis ilmu buat para pemuda-pemuda setempat. Walau masih terbilang baru, fasilitas yang serba pas-pasan namun semangat pemuda didalamnya sangat membuatku terkagum-kagum dengan suasana ini.
Penyambutan yang sangat menyegarkan, aku disambut dengan ratusan senyum simetris yang tergambar di wajah-wajah lugu itu. Tak kenal lelah, ia terus memberikan senyuman itu bertubi-tubi kepadaku hingga-hingga saya tak dapat menangkisnya satu per satu. Belum kenal saja sudah seakrab ini, bagaimana jika sudah berkenalan. Tak lama berselang, kegiatan itupun dimulai. Karena memang sudah seharusnya kegiatan ini berlangsung Cuma karena kendala komunikasi panitia sehingga kegiatan ini tertunda beberapa menit. Ini memang sudah menjadi budaya nenek moyang yang seharusnya kita buang jauh bukan malah merawatnya.
Hari pertama, sosialisasi. Hanya aku yang tau tentang perkara ini. Berhubung ku dipercayakan untuk menjadi pendamping disini, makanya langkah awal yang harus ku jalani adalah adapt. Melihat kondisi forum yang didominasi oleh kaum akhwad maka saya pun menyusun pola yang tepat buat forum ini. Memang pelatihan kali ini bukanlah yang pertama buat saya tapi setiap tempat haruslah disesuaikan dengan kondisi forumnya masing-masing. Itulah tantangan yang saya hadapi setiap kali menghadapi forum seperti ini. Tak pelak lagi pola pikir yang berbeda sangat jauh antara saya dan peserta, sungguh tantangan yang sangat hebat buat saya. Tapi oleh sebab itulah saya mau berdiri didepan kawan-kawan baruku ini.
Pukul 10 lewat 3 menit, tiba saatnya saya membawakan materiku. Ingin rasanya saya tampil gugup kali ini tapi kenapa kegembiraan menutupi semua itu. Dan semuanya kembali seperti biasanya. Dan bibir ini pun mulai tanpa henti mengoceh dengan bebasnya, meladeni setiap pertanyaan peserta yang diajukan. Inilah salah satu kegembiraan bila saya membawakan materi di sebuah forum, peserta selalu memberikan apresiasi positif yang sangat tinggi buat saya. Sebuah hal yang membuatku bangga menjadi diri sendiri, Azwan...azwan, alangkah beruntungnya dirimu.
Wow...Fantastic, She is Perfect. Kekagumanku pada dia membuat sejenak bumi ini berhenti bergerak. Aku melihat manivestasi keindahanNya didalam dirinya. Ini merupakan hal yang wajar buat seorang lelaki seperti saya tapi tak wajar jikalau ku terpesona oleh silau cahaya dunia. Aku pun menjaga kekagumanku itu, dan hanya Dia yang tahu itu. Seusai kegiatan hari ini, awalnya ingin segera pulang buat melepas lelah tapi tak terduga ia dikejauhan terlihat lagi kekaguman itu, ia duduk sendiri disana. Terpaksa ku buang dulu jauh-jauh sikap jaim itu, ku pun berjalan mendekatinya. Meski hanya duduk disampingnya, hati kering ini sudah terobati oleh rasa haus itu.
Tak terasa waktu telah mengantarkanku dipengujung hari. Lelah pun mengantarkanku dilelap tidur ini. Dipembaringan malam, gelap ruang ini mengajakku menuju ke dunia fantasiku sendiri.
Hari kedua, pagi yang cerah sudah tersenyum menyambut hariku. Pengalaman pertama dalam hidup terjadi di hari ini. Untuk kali pertamanya aku mandi di sebuah mesjid. Berhubung karena dirumah ini belum menyediakan air yang mencukupi untuk rombongan anak perantau ini makanya kita berkeputusan untuk mandi di mesjid itu saja. Ingin rasanya kita tertawa tapi sayang itu tidak lucu buat saya.
Setelah santap pagi, canda tawa pun membawa kita melewati waktu tanpa terasa. Kini tiba lagi saatnya kita untuk beraksi hari ini. Let’s Go...
Pukul 8, kami berangkat meninggalkan rumah. Setiba di tempat, semangat anak-anak muda ternyata sudah sangat menggebu-gebu, lebih hebat dari yang kemarin. Aku pun tak kalah oleh mereka semua, melihat pemadangan seperti itu, motivasi ini pun mendorongku, menopangku, mengangkatku dan roket khayal ini terbang jauh masuk kedalam alam midzalku
. Banyak sekali yang tak bisa teruangkapkan disini namun kejadiannya sungguh nyata terjadi dihadapanku. Hal itu begitu luas untuk dituangkan oleh bibir ini. Coretan tangan ini hanyalah sedikit dari sekian banyak pengalaman yang saya dapatkan ditempat ini. It’s the best for all, SMA 2 Libureng. Salam hangat selalu buat kalian semua...Kejarlah trus cita-citamu...

Baca pula:
Nama Baru
Penantian

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarnya dong...