Sabtu, 31 Juli 2010

Penantian

Sebuah malam kelabu nan sepi. Diatas sana terpampang jelas cahaya purnama bulat sempurna menandakan keindahanNya. Tak lama kemudian sebuah awan hitam berkabut pun datang menghampiri sang bulan dan menutupi sebagian sisi bulan dari pandangan mataku. Setelah sebelumnya Dia telah menampakkan salah satu bentuk keindahanNya dari sinar bulan nan terang, kini tampaklah sebuah keindahanNya yang lain dari pemandangan yang sangat sempurna. Namun kedalaman makna dari sebuah manifestasi dariNya terkadang tidak mampu untuk dicerna oleh akal lugu makhlukNya, Manusia.
Wajah tampan nan rupawan, kulit putih , halus nan lembut, body atletis dengan gaya yang necis. Itulah sepintas deskripsi diriku kawan (Sombong banget kan ngomongnya). Saya seorang mahasiswa semester akhir yang tengah menyusun tugas skripsiku. meskipun sudah berstatus nol kredit tapi masih saja motorku jadi kendaraan pertama yang terparkir didepan fakultasku setiap hari. Tiap pagi Si Jupi  dengan setia mau nganterin saya kemana saja dan kapan saja saya mau. (Jangan salah sangka dulu)Si Jupi  bukanlah siapa-siapa kawan, dia adalah motor kesayanganku dan begitulah saya biasa memanggil kuda besiku itu. Jurusan teknik kimia, ialah jurusan yang telah bersedia menampungku untuk menimba ilmu diperguruan tinggi ini. Walau telah agak berbeda dengan profesiku kini tapi sedikit tidaknya sudah memberikan tambahan pengetahuan buat saya. Dan dari tempat ini pulalah berawal pencarianku terhadap keindahan yang hakiki itu. Pencarianku ini tak semudah membalikkan telapak tangan butuh banyak sekali pengorbanan baik datangnya dariku sendiri maupun kedua orangtua yang telah berjuang untuk masa depanku. Dan semuanya dimulai dari sini.
……^^^^^……
Dalam penanggalan masehi, hari itu tepat pada hari Rabu 22 April 1988 adalah hari yang begitu menegangkan dan mungkin akan menjadi hari yang paling bersejarah buat seorang perempuan cantik yang menanti kelahiran seorang bayi kecil nan lucu yang telah lama dikandungnya. Meski akan sangat menyakitkan buatnya, tapi ia sangat memberikan begitu besar harapan terhadap impiannya itu agar terlahir dengan normal seperti layaknya anak-anak yang lain. Setelah 9 bulan 10 hari dikandungnya, tibalah saatnya untuk mengakhiri sebuah penantiannya itu. Tak jauh berbeda keadaan yang dialami oleh sang suami tercinta, jantungnya berdebar bak gempa bumi yang melululantahkan Somalia pada tahun 2009 lalu. Ratusan korban jiwa berjatuhan disana, begitu juga dia yang ribuan urat sarafnya seakan mati kaku disegujur tubuhnya, membuat seorang pria yang tegap dan kuat dalam segejap tergulai lemas dalam kekhawatiran. Gelisah sangat nampak dalam raut wajahnya ketika ia berdiri di depan ruang bersalin sembari tak henti-henti lidahnya melafazkan sebuah ayat Tuhan dari Q.S Al Imran 38, yang dahulu doa yang sama pernah dibacakan oleh Nabi Zakaria AS dalam pengharapannya kepada Sang Maha Pencipta untuk seorang anak yang telah lama dinanti-nantinya. Dia sangat khawatir dengan keadaan istri dan calon bayi yang akan menjadi buah hati pertamanya itu.
……^^^^^……
Waktu berganti begitu cepat, khayalnya melayang entah kemana. Namun tak terasa, tak berapa lama menunggu, terdengarlah suara jeritan seorang bayi. Bayi mungil, merah nan imut dan tentu saja sehat telah terlahir, membuat dia tersenyum sipu, memecah suasana tegang dan cemas saat itu juga. Sangat terasa kegalauan yang terjadi beberapa saat yang lalu namun sekarang telah berubah menjadi senyum bahagia yang tersirat dari bibir seorang suami yang kini telah berganti status menjadi seorang “AYAH”. Ia pun dengan segera melihat keadaan istri dan anaknya, beserta keluarga yang saat itu juga telah ikut menanti kehadiran sesosok mungil itu.
Anak itu telah dirawat sepuluh tahun sebelum ia terlahir didunia ini. meski baru hari ini ia mengaktual ke alam ini menjadi sebuah wujud yang nyata tapi sebenarnya ia telah lama ada didalam lupuk hati sepasang kekasih ini, yang telah menjadi orangtuaku saat ini. Sebuah perjalanan panjang yang ditempuh dengan penuh semangat dan kasih, serta rintangan yang tak henti menghampiri membuat ikatan cinta keduanya semakin kuat dan sangat sukar untuk terlepaskan lagi. Sebelum keduanya duduk di sebuah pelaminan, cobaan itu terasa sangat sulit untuk mereka lewati tapi begitulah Tuhan telah memperlihatkan jalanNya. Sebuah rencana yang super sempurna. Meski hubungan yang berawal tanpa  restu orangtuanya, tapi karena kegigihan keduanya kini mereka berdua pun telah menjadi sepasang suami istri. Karena mereka selalu yakin akan pendiriaannya, selalu yakin akan rasa yang ia miliki, rasa yang membekali mereka dengan kekuatan dan ketulusan, orangtuanya pun menjadi luluh untuk memberikan restunya itu. Demi kebahagiaan seorang anak, ego seorang bapak akhirnya hancur lebur oleh cinta seorang lelaki sejati untuk kekasihnya. Cinta yang tak bertepi.
Aku memang wajib bersyukur kepadaNya, karena begitu banyak liku dalam proses kelahiran bayi yang satu ini. Sampai-sampai saya tak tau, dirahim siapakah saya akan terbentuk. Skenario yang tak mudah ditebak endingnya akan seperti apa. Tapi, semuanya telah terjawab sudah, Sang Sutradara hidup telah menunjuk actor yang tepat buat peran seorang Ibu. Aktris yang cantik itu berperan sangat baik sebagai ibuku dan telah melahirkanku ke dunia ini.
“Dan,
Aku pun hadir disisinya.,.
Menjawab penantiannya yang telah lama,”
……^^^^^……
“Muhammad Muhyidin”, itulah nama yang menjadi kado pertama yang diberikan seorang ayah kepada anaknya. Sebuah nama sebuah cerita, yang akan tercatat dalam Diary hidupku. Namun nama itu bukan sekedar nama. Kata ayahku selalu, “Jika kau tau historisnya nama itu, maka kau membusungkan dada dan bangga punya nama seperti itu. Pria itu memang selalu lebay jika menceritakan kisah hidupnya, terlebih bila ia membuat sebuah keputusan yang saat itu sangat dibutuhkan. Yach, itulah ayahku. Kalau mau tau ceritanya yang lebih lebay, nanti deh aku ceritakan lagi.
……^^^^^……
Dalam setiap nama mengandung suatu makna yang akan menjadi sebuah doa yang akan menyelimuti sang pemilik nama dalam setiap langkah hidupnya. Saya akan menjelaskan sedikit mengapa ayahku memberikan nama itu kepadaku. “Muhammad” adalah seorang tokoh dunia yang sangat dipuja dan puji baik oleh umat muslim maupun non muslim. Terlebih kepada umat Islam, dalam setiap ibadahnya, namanya tak pernah lupa dilafazkan untuk dikirimkan salawat kepadanya demi meminta shafaat atas kesucian pribadinya. Karena beliau merupakan sosok yang mempunyai akhlak yang diatas rata-rata manusia biasa. Ia adalah seorang Imam, seorang Presiden, seorang Panglima perang, seorang bapak dan seorang suami yang selalu professional dalam setiap kedudukannya. Saya mengatakan seperti itu karena Ia memang pantas untuk menjadi kiblat umat manusia dalam hal bersikap serta bertutur. Kesopanan dalam setiap perbuatan beliau mencerminkan sebuah kesempurnaan dari-Nya yang dimanivestasikan dalam bentuk sebuah makhluk. Itulah mengapa ayahku menyematkan nama itu di depan namaku. Agar ayahku, orang-orang disekitarku dan aku sendiri selalu mengingat dan bersalawat kepada beliau.
Tapi saya merasa sangat berat hati dengan beban nama yang diberikan ayahku itu. Perbedaan yang sangat mencolok antara sosok beliau dengan diriku, bagaikan langit dan bumi. Atau bahkan bagaikan air dan api, yang tak akan pernah bertemu dalam satu wujud. Dengan ikhlaspun aku menerima itu, sebagai tanda kesyukuranku atas keimanan yang diberikan Tuhan kepada ayahku. Saya hanya bisa berdoa, “Semoga apa yang menjadi keinginan ayahku dapat terpenuhi, dan aku pun selalu disertai doa ayahku dalam setiap tingkah lakuku”.
……^^^^^……
Sedangkan “Muhyidin”…..???
“Nama yang biasa saja bagi saya”,
Tapi, itu dulu. Sekarang tidak lagi.
Awalnya Saya juga kurang mengerti mengapa ayah memberiku nama itu namun setelah lama ku meresearch nama itu, ternyata ayahku yang hobi membaca itu, sangat fans dengan seorang penulis yang bernama “Muhyidin Jaylani”. Buku-bukunya yang kebanyakan bertemakan tentang “Cinta” itu, sangat mudah memesona hati seorang pemuda yang tengah dimabuk “Asmara”, apalagi tatkala saat itu ayahku masih berumur 20-an.
Banyak sekali pelajaran yang diberikan “Muhyidin Jaylani” melalui buku-bukunya kepada ayahku, sampai-sampai ayahku bisa diberi gelar “Suami Paling Romantic Sedunia”. Kata-kata puitis yang biasa diberikan untuk ibuku, sering membuat ibuku  tersipu malu sendiri dan dia kadang melakukan itu di depanku. Meski begitu, saya pun sangat bahagia melihat hubungan kasih sayang yang tampak dari tingkah laku mereka berdua. Saya sangat bersyukur terlahir dari rahim ibuku, kepatuhan selalu saya berikan untuknya sebagai bentuk kesyukuranku kepadaNya. Dalam setiap ibadah dan dzikirku kepadaNya, tak pernah kulupa untuk slalu mendoakan keduanya. Walau mungkin sampai saat ini saya belum bisa memberikan kebahagiaan kepada keduanya tapi saya selalu berusaha untuk tidak berbuat suatu tindakan yang akan mengisi perasaan orangtuaku dengan kesedihan ataupun kekecewaan.
……^^^^^……
“Alhamdulillah……lahir juga kau, anakku”. Itulah ungkapan pertama ibuku, yang membuat semua orang terharu pada saat itu. Dengan gembira ayahku mengecup kening ibuku yang masih lelah dengan persalinan yang baru saja ia lakukan, tanda kebahagiaan tiada tara dan kebanggaan kepada istrinya. Saat itu juga ayahku membisikkan adzan di telinga kananku dan iqamat di telinga kiri, sangat terasa merdu mengalir di dalam tubuhku, begitu menghayati seperti ingin menjadikanku seorang anak yang tak gentar menghadapi masa depanku kelak. Ibuku yang sangat lesu dengan proses kelahiranku begitu terobati dengan melihat sosok yang menangis ini, bahagia akan kedatanganku didunia yang kedua ini.
Di saat semua orang menyambut bahagia kedatanganku, akal kosongku berusaha keras mengingat masa lalu didunia rahimku dulu. Dalam tangis, Kuingin mengisyaratkan kepada semuanya, namun tak ada seorangpun yang mengerti maksud tangisanku itu. Tapi ayahku yang mencoba mengingatkan aku dengan diriNya, dengan mencoba membisikkan suatu kalimat melalui telingaku, namun kata-kata itupun terasa asing bagiku. Dengan khusu’ ayahku melafazkan kata per kata kalimat per kalimat, namun itu semua masih terasa hampa buatku. Tak ada satu katapun yang aku mengerti dari rangkaian kalimat itu, sungguh sangat berat maknanya.
Ingatan kala itupun sangat terasa baru buatku, memori yang menyimpannya masih sangat baik, dengan akal yang masih segar. Namun pengetahuan yang datang dariNya kini telah Ia ambil kembali karena tak ada yang mustahil bagiNya. Ia Maha Mengetahui lagi Maha Berkehendak Atas Segala Sesuatu. Saat ini ku harus meRestart kembali akalku yang terasa kosong tapi telah terisi dengan fitrah suciNya.
……^^^^^……
Belum cukup satu jam setelah kelahiranku, semakin banyak sanak keluarga maupun kerabat dari ibu dan ayahku yang datang ke tempat ini baik sekedar untuk melihat diriku, maupun untuk memberikan selamat buat ibu ayahku.
……^^^^^……
“Ibu….,istrahat dulu yach”, Ucap seorang dokter yang baru masuk dalam ruangan itu.
“kalau bisa yang lain boleh kluar dulu dari ruangan ini biar ibu nya bisa istrahat dengan baik”, lanjut si dokter.
Maka dengan terpaksa semuanya pun meninggalkan ruangan itu dengan rasa lega dan syukur telah menyaksikan keadaan ibuku saat itu. Terlebih kepada ayahku, kini tak ada lagi tanda kepanikan dan kegelisahan yang tadi sangat jelas nampak dari wajahnya.
Diluar ruang bersalin itu, terlihat kursi besi, berwarna hitam berukir indah yang terduduk damai disana serta rerumputan hijau yang tumbuh bersemi ditaman-taman rumahsakit itu seakan mengucap selamat kepada ayahku dan ikut merasakan kebahagiaan yang  dirasakan ayahku. Tak ayalnya, semua jenis makhluk yang berada di alam semesta ini berdzikir kepadaNya dan mereka semua tidak pernah lupa dan khilaf dari kekuasaanNya.
Sesuai dengan firman dariNya ;
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki”, Q.S Al Hajj ayat 18.
Sebuah tanda akan kekuasaanNya.
……..^^^^^……..
Keesokan harinya, ibuku telah kembali pada kondisinya yang sehat wal Afiat. Dan dengan keadaannya yang seperti itu, ayahku memutuskan untuk membawa pulang aku dan ibuku kembali ke “My Home Sweet Home”, istana yang telah menjadi saksi bisu akan metamorphosis cinta yang berkembang dan bersemi didalamnya. Meski sering ditinggal pergi kekasih hatinya, Si istri shaleha yang menetap didalamnya selalu menjaga kehormatan sang suami yang keluar untuk mencari rezkiNya yang bertebaran dimuka bumi ini.
“Ummi ….”, itulah sapaan akrab yang sering aku berikan untuk ibuku. Ia adalah salah satu tokoh perempuan yang telah memberikan dan memperkenalkan kepada saya akan nikmat dan indahnya kedamaian dalam cinta yang membiaskan sinar-sinar kasih sayang bagi seluruh ciptaan yang berpijak di alam semesta ini. Ia tak pernah lelah untuk membimbingku dalam setiap langkah masa depanku, iapun selalu empati dalam setiap masalah yang kualami, ialah sesosok ibu yang telah memberikan segenap rasa dalam dirinya untuk dioleskan ke hati yang hampa ini dan belum pernah menjamah cinta yang suci dari diri Sang Pemilik Cinta.
Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang luar biasa yang pernah ada dibumi ini untuk saat ini dan ia bernama “Maryam”. Sebuah nama yang sebelumnya telah banyak dikenal khalayak ramai sebagai seorang perawan  yang telah melahirkan seorang Nabi dari rahimnya yang masih suci dan belum pernah tersentuh oleh pria manapun. Meski dulu banyak yang mengolok-olok dan mencaci maki akan keadaannya itu, namun ia tetap sabar dan kuat akan cobaan yang diberikan olehNya.
Bunda “Maria”, itulah panggilan dia dikalangan umat nasrani saat ini. Meski banyak perbedaan sejarah dan pemahaman antara umat nasrani dan muslim tapi keduanya masih tetap sama dalam menilai sosok “Mariam”. Selain karena ia adalah seorang ibu dari seorang nabi (Yesus), ia juga adalah seorang perempuan tauladan yang selalu menjaga esensi dirinya dan akan selalu bisa menjadi kiblat buat perempuan-perempuan pada saat ini hingga akhir zaman nanti. Mungkin ibuku tak jauh berbeda dengan “Maryam” yang satu itu, meskipun ia hanya aktif sebagai seorang ibu rumah tangga tapi karena keprofessionalannya dalam bekerja, ia telah menunjukkan sesuatu yang berbeda dan belum bisa ditunjukkan oleh sebagian besar ibu rumah tangga kita saat ini. Dari segi strata pendidikan, ia tak kalah dengan lulusan S1 lainnya. Ia juga bisa dikatakan “Lumayan” untuk menjadi seorang wanita karier yang berkutat dengan kesibukan yang tiada habisnya. Namun ibuku lebih memilih untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Dan dengan profesi itu, ia telah membuktikan kepadaku akan pentingnya “Jabatan” yang ia emban saat ini. Bagiku, masa depan sebuah bangsa, berawal dari sebuah hasil kerja seorang ibu. Karena tanpa kawalan, tuntunan, dan bimbingan dari seorang ibu, mungkin kita semua akan terlena dan terperosok dalam lubang kegagalan. Ia memang hanya berada didalam rumah dan tak bisa selalu ada disamping kita tapi karena kasih sayang dan kepercayaan yang dia berikan yang telah menjaga tingkah laku dan sikap kita diluar rumah. Masa transisi yang menjadi priode yang amat penting buat seorang anak, dapat kulalui dengan baik, dalam membentuk karakter kedewasaanku saat ini. Semuanya disebabkan oleh sesosok dirinya, yang slalu ada bak sang pecinta yang tak pernah lepas cinta kasihnya dari pelukan sang kekasih.
……^^^^^……

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan,terlewati begitu cepat bagiku dan kini telah genap sudah setahun pertamaku didunia ini. Sampai-sampai saya sangat sulit untuk mengingat masa itu. Ini adalah anniversary hidupku yang pertama, dan saat itu kedua orangtuaku telah membuatkan pesta kecil-kecilan buatku. Meskipun saat itu belum bisa ku berlari dan meloncat riang akan perayaan ulangtahunku tapi dengan mengingat sejarah saat itu, ku merasa sangat gembira dan bersyukur. Dalam sebuah bingkai foto yang telah kusam, ku melihat sebuah kebahagiaan diwajah kedua orangtuaku saat itu. 25 tahun sudah kenangan itu telah berlalu namun masih terasa hangat dalam ingatanku.
……^^^^^……
“Ayo nyanyi sama-sama ya,,,sorak ibuku.
“Selamat ulang tahun..,
Selamat ulang tahun,..,..Selamat uuuuulang taahuuun iidin,
Smoga panjang umur,,,,,,,,,,,,,,,,”,smuanya pun serempak bertepuk tangan setelah menyanyikan lagu itu bersama-sama.
Banyak sekali keluarga, rekan-rekan kerja ayahku, serta tetangga yang ikut meramaikan kebahagiaanku saat itu. Ribuan senyuman didiskon habis-habisan saat itu. Tak ada beban sedikit dalam hati segenak yang hadir ditempat itu. Dalam kesibukan, ibuku tak pernah mau melepaskan aku dalam pelukannya. Meski banyak sekali yang ingin menggendongku saat itu namun ibuku tak pernah mau melepaskan aku dari pelukannya, seakan aku adalah buah hati yang sangat bernilai harganya buatnya sampai-sampai tak boleh ada seorangpun yang boleh untuk menyentuh permatanya itu.
Dan ciumannya dikeningku bak hujan deras yang runtuh, menerpa dan membanjiri bumi ini dari segala penjuru arah. Belaiannya sehalus kapas yang halus nan putih yang meraba kepalaku. Sungguh sebening empun kasih sayangmu.
Itulah yang membentuk diriku sampai bisa sedewasa saat ini. Namun semua itu tidak sebegitu saja terjadi pada keadaan ibuku. Hukum kausalitas sangatlah berlaku didunia ini, bahwa setiap akibat yang terjadi pastilah berasal dari sebuah alasan atau sebab. Menurut beberapa ahli psikolog dunia, kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya adalah bentuk apresiasi sang ibu terhadap kasih sayang yang diberikan oleh suaminya, so….smua itu berawal dari ayahku. Karena sebentuk cinta yang tulus dari dirinya yang telah membuat ibuku merasakan sebuah “rasa” yang sangat menyenangkan serta memuaskan jiwa yang telah lama kosong dari sebuah kasih seorang makhluk adam, alasan itulah yang membuat ibuku bersikap selembut saat ini.
……^^^^^……
“Ibumu ..,
 Ibumu ..,
 Ibumu .., lalu Ayahmu. . . , “Itulah salah satu pesan dari seorang Rasul kepada umatnya. Ia lebih menekankan pemberian 3 kali lebih banyak kasih sayang dan penghormatan untuk seorang ibu dibanding seorang ayah. Setelah sekian banyak pujian yang tertuju pada ibuku, tak boleh terlupakan andil penting dari seorang ayah.
Mungkin inilah saatnya memperkenalkan sedikit tentang ayahku. Dia adalah seorang terpelajar, dan ia bernama Andi. Meski dia orang dia Jawa Tulen tapi ayah saya juga lancer berbahasa Bugis, dan ngerti bahasa Makassar juga mandar. Wajarlah, ayahku sudah 20 tahun tinggal di Sulawesi. Meski begitu, “Leggowo”nya masih saja terjaga dengan baik. Akhlak yang ia selalu tunjukkan terhadap kami semua sebagai seorang kepala keluarga sangatlah pantas untuk menjadikan ia contoh buat istri dan anaknya.
Pengetahuan yang ia miliki seakan membimbing dirinya dalam bertindak dan bersikap. Pengalaman yang telah menumpuk bak ratusan juta butiran pasir yang terhampar luas dilautan biru nan jernih, sejernih hatinya. Perjalanan hidup beliau tidaklah mudah, untuk mencapai kesuksesan yang ia telah capai sekarang ini telah beribu ton cucuran keringat yang keluar dari pori kulitnya ,  berjuta Horsepower kekuatan yang  ia keluar dalam perjuangannya serta tak terhitung lagi betapa banyak materi yang ia keluarkan untuk memberikan sebuah bintang impian buat seluruh anggota keluarga besarnya kala itu. Beban keluarga yang telah jatuh dipundaknya, kini ia emban setelah sang bapak yang dulu berperan sebagai tulang punggung keluarga telah lebih dulu kembali disisiNya dengan damai. Namun kini keadaannya tak lagi sekuat dan setegap dulu. Begitu banyak warna warni hidup yang telah ia torehkan, mulai dari hitam kelamnya sebuah penderitaan hingga hijau teduhnya kesejahteraan hidup, yang sampai saat ini bisa menaunginya beserta seluruh anggota keluarganya. Sekarang tiba saatnya untuk membayar hutang jasa dan materi itu. Meskipun ia tak pernah terpikir untuk menagih itu, tapi sebagai tanda terimakasih yang tulus kepadanya kan kuwujudkan impian yang dari dulu telah ia tanam di benakku. Aku kini telah beranjak dewasa dan sedikit demi sedikit ingin mengganti peran ayahku saat ini. Meski saya tak sehebat ayahku dulu, tapi ketulusan dan keikhlasan yang bisa memberikan kebahagiaan buat kedua orangtuaku. Karena bukan kuantitas yang dituntut oleh mereka tetapi kualitas kasih sayang tulus yang penuh harap selalu dinantikan datang.
 
Baca pula:

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarnya dong...