Selasa, 05 Oktober 2010

Lihatlah Istrimu

Bila malam sudah beranjak mendapati subuh, bangunlah sejenak. Lihatlah istri Anda yang sedang terbaring letih menemani bayi Anda. Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian ini badannya tak menemukan kesempatan untuk istirahat barang sekejap, Kalau saja tak ada air wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikannya sudah tak ada lagi. Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat Anda sudah bisa merasakan betapa segar udara pagi, Tubuh letih istri Anda barangkali belum benar-benar menemukan kesegarannya. Sementara anak-anak sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya, membisingkan telinganya dengan tangis serta membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baru berganti pakaian,sudah dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri Anda pula yang harus mencucinya.
Di saat seperti itu, apakah yang Anda pikirkan tentang dia? Masihkah Anda memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-anaknya seperti kisah dari negeri dongeng sementara di saat yang sama Anda menuntut dia untuk menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam bicara, lulus dalam memilih kata serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya.
Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan yang sempurna, yang selalu berlaku halus dan lembut? Tentu saja saya tidak tengah mengajak Anda membiarkan istri kita membentak anak-anak dengan mata rnembelalak. Tidak. Saya hanya ingin mengajak Anda melihat bahwa tatkala tubuhnya amat letih, sementara kita tak pernah menyapa
jiwanya, maka amat wajar kalau ia tidak sabar. begitu pula manakala matanya yang mengantuk tak kunjung memperoleh kesempatan untuk tidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya akan menanjak. Disaat itulah jarinya yang lentik bisa tiba-tiba membuat anak kita menjerit karena
cubitannva yanq bikin sakit
Alhasil, ada yang harus kita benahi dalam jiwa kita. Ketika kita menginginkan ibu anak-anak kita selalu lembut dalam mengasuh, maka bukan hanya nasehat yang perlu kita berikan. Ada yang lain. Ada kehangatan yang perlu kita berikan agar hatinya tidak dingin, apalagi beku, dalam menghadapi anak-anak setiap hari, Ada penerimaan yang perlu kita tunjukkan agar anak-anak itu tetap menemukan bundanya sebagai tempat untuk memperoleh kedamaian, cinta dan kasih-sayang. Ada ketulusan yang harus kita usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar ia masih tetap memiliki energi untuk tersenyum kepada anak-anak kita. Sepenat apa pun ia.
Ada lagi yang lain: pengakuan. Meski ia tidak pernah menuntut, tetapi mestikah kita menunggu sampai mukanya berkerut-kerut. Karenanya, marilah kita kembali ke bagian awal tulisan ini. Ketika perjalanan waktu telah melewati tengah malam, pandanglah istri Anda yang terbaring letih
itu. lalu pikirkankah sejenak, tak adakah yang bisa kita lakukan sekedar Untuk menqucap terima kasih atau menyatakan sayang? Bisa dengan kata yang berbunga-bunga, bisa tanpa kata. Dan sungguh, lihatlah betapa banyak cara untuk menyatakannya. Tubuh yang letih itu, alangkah bersemangatnya jika di saat bangun nanti ada secangkir minuman hangat yang diseduh dengan dua sendok teh gula dan satu cangkir cinta. Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka, "Ada secangkir minuman hangat untuk istriku.
Perlukah aku hantarkan untuk itu?" Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa Anda lakukan.
Mungkin sekedar membantunya menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan tindakan-tindakan lain, asal tak salah niat kita. Kalau kita terlibat dengan pekerjaan di dapur, rnemandikan anak, atau menyuapi si mungil sebelum mengantarkannya ke TK, itu bukan karena gender-friendly; tetapi semata karena mencari ridha Allah. Sebab selain niat ikhlas karena Allah, tak ada artinya apa yang kila lakukan. Kita tidak akan mendapati amal-amal kita saat berjumpa dengan Allah di yaumil-kiyamah. Alaakullihal, apa yang ingin Anda lakukan, terserah Anda. Yang jelas, ada pengakuan untuknya, baik lewat ucapan terima kasih atau tindakan yang menunjukkan bahwa dialah yang terkasih.
Semoga dengan kerelaan kita untuk menyatakan terima-kasih, tak ada airmata duka yang menetes dari kedua kelopaknya. Semoga dengan kesediaan kita untuk membuka telinga baginya, tak ada lagi istri yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa tak didengar. Dan semoga pula dengan perhatian yang kita berikan kepadanya, kelak istri kita akan berkata tentang kita. Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang terbaring letih, sesudah engkau perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah ia sejenak untuk meneruskan
istirahatnya. Hembusan udara dingin yang mungkin bisa mengusik tidurnya, tahanlah dengan sehelai selimut untuknya. Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih-sayang dan cinta yang tak lekang oleh perubahan, Semoga engkau termasuk laki-laki yang mulia, sebab tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia.
Kelak kita harus melaporkan kepadaAllah Taala bagaimana kita menunaikan amanah dari-Nya kah ? kita mengabaikannya sehingga gurat-guratan dengan cepat menggerogoti wajahnya, jauh awal dari usia yang sebenarnya? Ataukah, kita sempat tercatat selalu berbuat baik untuk istri. Saya tidak tahu. Sebagaimana saya juga tidak tahu apakah sebagai suami Saya sudah cukup baik jangan-jangan tidak ada sedikit pun kebaikan di mata istri.
Saya hanya berharap istri saya benar-banar memaafkan kekurangan saya sebagai suami. indahnya, semoga ada kerelaan untuk menerima apa adanya. Hanya inilah ungkapan sederhana yang kutuliskan untuknya. Semoga Anda bisa menerima ungkapan yang lebih agung untuk istri Anda.

I b u
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya.
"Ibu, mengapa Ibu menangis?".
Ibunya menjawab,
"Sebab, aku pereMpuan.”
"Aku tak mengerti," kata si anak lagi.
Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.
"Nak, kamu memang tak akan mengerti...."
Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya.
"Ayah, mengapa Ibu menangis? sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?”
Sang ayah menjawab,
"Semua pereMpuan memang menangis tanpa ada alasan."
Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa pereMpuan menangis.
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan
"Ya Allah, mengapa pereMpuan mudah sekali menangis? Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,
"Saat Kuciptakan pereMpuan, aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepalabayi yang sedang tertidur. Kuberikan pereMpuan kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu..…….”
“Kepada perempuan kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Kepada pereMpuan kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih,walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah….”
“Kuberikan pereMpuan perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan inilah pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.”
“Kuberikan pereMpuan kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuk-lah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?”
“Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa, suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi…”
“ Dan, akhirnya, kuberikan ia airmata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus kuberikan kepada pereMpuan, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah ‘kelemahan’ yang dimiliki perempuan, walaupun sebenarnya, airmata yang mengalir dari kebeningan matanya adalah airmata kehidupan.”
Rasulullah Muhammad AlMusthafa Saww bersabda : “Sebaik-baik laki-laki adalah yang menyayangi istrinya. Dan aku adalah yang paling menyayangi istri di antara kalian”

Anak, Modal Kembali kepada Allah

Suatu ketika Hj Neno Warisman gundah gulana. Apa gerangan yang terjadi pada bintang sinetron, bintang iklan, dan juga penyanyi ini? ''Selama satu minggu, anak pertama saya yang baru berusia tujuh tahun tidak mau bangun pagi,'' tutur wanita bernama asli Titi Wideretno Warisman (36) ini di hadapan peserta seminar Mencetak Anak Berbakat dengan Cara yang Menyenangkan di Jakarta akhir pekan lalu.
Jebolan Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Bahasa Prancis ini pun menuturkan, biasanya setiap kali membangunkan putra pertamanya, ia selalu bernyanyi atau mengingatkan cerita-cerita menarik yang terjadi pada diri anaknya. ''Tapi kali ini, anak saya betul-betul tidak bersemangat. Malas sekali untuk bangun pagi. Ujung-ujungnya, anak saya tidak mau sekolah,'' kisah Neno getir.
Tentu saja, peraih piala Vidya melalui sinetron Hanafi dan Sayekti tahun 1992 ini tidak mau tinggal diam. Selama beberapa hari, ia mencoba mencari tahu, apa penyebab keengganan anaknya bangun pagi tersebut. ''Anak saya tidak mau masuk kelas karena pelajaran pertama di sekolah itu adalah pelajaran Qira'ati (membaca, Red).''
Selama bertahun-tahun, tutur ibu dari tiga putra ini, di sekolah tempat anaknya belajar, pada jam pertama selalu diajarkan pelajaran Qiraati yakni membaca huruf Arab. Yang menjadi masalah, pelajaran Qira'ati tersebut menuntut setiap siswa supaya mampu mengucapkan huruf Arab secara sempurna.
Padahal di rumah, anak Neno sudah belajar Iqra jilid empat dan bahkan mampu memimpin shalat sejak usia enam tahun. Tapi di sekolah, ia harus memulai dari Qira'ati jilid satu, karena tidak mampu belajar dengan berteriak dan dalam suasana ramai.
Akibat kejadian itu, terpaksa ketua Yayasan 'Kita dan Buah Hati' --sebuah yayasan yang bergerak di bidang pelatihan guru dan orangtua-- ini berupaya untuk menemukan sebuah sekolah yang cocok dengan karakter belajar anaknya. ''Saya pindah dari rumah lama di kawasan Kebon Jeruk ke tempat baru, dengan harapan mudah-mudahan bisa menemukan sekolah yang dapat menggugah putra pertama saya itu,'' tutur Neno.
Menurut dia, anak pertamanya ini ternyata cara belajarnya agak berbeda. Dia tidak bisa belajar dalam suasana berteriak-berteriak seperti itu. Yang diinginkan adalah suasana sunyi dan sepi. Selama hampir satu bulan Neno harus membangunkan kembali keinginan anaknya untuk mau belajar. ''Saya berusaha mau tahu, apa sebabnya dia tidak mau masuk sekolah. Apakah dia tidak suka gurunya atau karena apa?''
Sekarang Neno lega. Karena, putranya itu telah kembali memiliki semangat belajar seperti sedia kala. Konsekwensinya, dia harus belajar Qira'ati secara sendirian dengan wali kelasnya. ''Tidak ada cara lain. Karena dia tidak senang belajar di kelas dalam suasana ramai dan langsung kepada tujuan, kepada huruf yang dimaksud,'' papar Neno.
Bukan tanpa alasan, kenapa Neno siap berepot-repot ria memberikan perhatian kepada pendidikan anaknya. ''Kesedihan hati saya sebagai orangtua ini sebetulnya membayang jauh ke depan. Sebab apa? Gedung yang besar, rumah kita yang mewah serta apa saja dari seluruh harta kita, tak akan ada artinya ketika kita kembali kepada Allah. Yang bisa hampir kita pastikan sebagai modal kita untuk pulang kepada Allah, adalah anak kita,'' tuturnya berpetuah.
Karena itu, sambung Neno, investasi kepada anak, mesti lebih besar daripada investasi di tempat-tempat yang lain. ''Cuma itu sebenarnya, kesadaran yang membangunkan saya untuk memikirkan anak ini adalah masa depan saya juga,'' ujarnya seraya mengajak peserta seminar yang kebanyakan ibu-ibu muda untuk merenung sebentar guna memikirkan kembali apa yang sudah dilakukan para orangtua untuk anak-anaknya.

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarnya dong...