Minggu, 09 Januari 2011

Persaingan LPI dan LSI

Indonesia akan memiliki kompetisi sepak bola profesional yang baru. Namanya Liga Primer Indonesia (LPI) hasil prakarsa dari bos perusahaan migas Medco, Arifin Panigoro. LPI hadir karena keprihatinan Arifin Panigoro terhadap kondisi roda kompetisi profesional yang tidak juga menghasilkan pemain berkualitas serta tim nasional yang berprestasi.
Arifin juga sejak lama menyoroti bobroknya kondisi pengelola dan pembina sepak bola negeri ini, PSSI. PSSI di era Nurdin Halid memang patut dikritik. Nurdin Halid yang duduk sebagai ketua umum pernah masuk penjara karena kasus korupsi. Isu suap dan tidak transparannya pengelolaan keuangan PSSI juga sering mencuat.
Terakhir PSSI diprotes masyarakat karena menjual tiket pertandingan Piala AFF 2010 dengan tidak profesional. Menaikkan harga tiket seenaknya tapi tidak diiringi dengan pelayanan yang baik. Serta sistem penjualan tiket yang berujung kepada kekacauan.
Yang paling miris dari PSSI-nya Nurdin Halid ialah Indonesia tidak pernah menjadi juara di level Asia Tenggara.
Kini dengan hadirnya LPI, setidaknya ada aroma perubahan bagi prestasi dan pembinaan sepak bola Indonesia. Karena tak dapat dibantah jika ingin memiliki tim nasional yang kuat dan berprestasi, maka liga kompetisi sepak bola dalam negeri haruslah baik, profesional serta jauh dari suap dan manipulasi.
Jika di Liga Super Indonesia (LSI) milik PSSI klub-klub peserta mendapat kucuran dana dari APBD Pemda sebesar miliaran rupiah setiap musim kompetisi. Maka di LPI klub akan mendapat subsidi. Besarnya tergantung dari kebutuhan masing-masing klub.
Subsidi ini akan terus diberikan selama klub bersangkutan belajar mengelola keuangannya dengan profesional, mencari sponsor resmi dan memperoleh laba. Berbeda dengan di LSI yang mana para klub makan dari uang rakyat.
Padahal uang rakyat tersebut akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk membangun sarana olahraga atau meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut rencana, LPI akan mulai bergulir pada 8 Januari 2011 dengan pertandingan perdana mempertemukan klub Solo FC melawan Persema Malang di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah.
Untuk kelancaran bergulirnya roda kompetisi, pihak manajemen LPI pun sudah siap. Sudah ada 19 klub yang menyatakan bersedia ikut LPI.
Antara lain: Aceh United, Bali De Vata, Bandung FC, Batavia Union, Bogor Raya, Cendrawasih Papua, Jakarta 1928, Kabau Padang, Ksatria XI Solo, PSM Makassar, Manado United, Medan Bintang, Medan Chiefs, Persebaya, Persema, Persibo, Real Mataram, Semarang United dan Tangerang Wolves.
Dari 19 klub tersebut, 12 klub di antaranya diasuh oleh pelatih asing yang punya pengalaman segudang dan memiliki sertifikat kepelatihan yang resmi. Tapi juga jangan remehkan klub yang dibesut oleh pelatih lokal, karena ada beberapa nama yang punya prestasi. Seperti Bambang Nurdiansyah (Jakarta 1928), Nandar Iskandar (Bandung FC) atau Aji Santoso (Persebaya).
Selain klub, LPI juga sudah memiliki sederet perangkat pertandingan, seperti wasit, hakim garis dan inspektur pertandingan. Beberapa perangkat kabarnya akan didatangkan dari Australia dan beberapa negara Asia. Tujuannya untuk menciptakan kompetisi yang bersih serta menularkan tradisi bermain bola yang profesional.
LPI juga sudah menggandeng stasiun televisi Indosiar sebagai pemegang hak siar tunggal. Artinya dari segi bisnis LPI punya daya jual yang menarik. Terlebih sponsor resmi pun juga berhasil digaet manajemen LPI.
Namun bukan berarti LPI 100 persen sempurna. Karena LPI belum dimulai, maka belum terlihat letak kekurangannya.
Tapi setidaknya semangat, sistem dan orang-orang baru yang berkecimpung di LPI bisa memunculkan optimisme kalau Indonesia mampu memiliki kompetisi sepak bola yang profesional, sehat, tidak ada suap dan menghasilkan pemain, pelatih, perangkat pertandingan hingga klub yang berkualitas.
Muaranya tentu tim nasional yang punya prestasi yang diukur dengan bisa juara di Asia Tenggara, Asia, bahkan hingga masuk Piala Dunia.
Beberapa warga Solo yang tergabung dalam barisan suporter Pasoepati menggelar aksi mendukung terselenggaranya Liga Primer Indonesia (LPI) di seputaran Manahan, Solo, kemarin. Polri diminta untuk menerbitkan izin pertandingan LPI.
Perseteruan PSSI dan Liga Primer Indonesia (LPI) coba dimediasi pemerintah. Menpora Andi Mallarangeng siap memfasilitasi mediasi untuk mengurai kontroversi LPI yang akan menggelar laga perdananya di Stadion Manahan, Sabtu (8/1). Menpora juga menegaskan, PSSI harus memberi alasan yang jelas mengapa menolak kompetisi independen yang tak menggunakan dana APBD tersebut. Soalnya, sampai sekarang pihaknya belum pernah menerima penjelasan otoritas tertinggi sepak bola Indonesia itu kepada LPI.
’’Jika ada pihak yang ingin membuat kompetisi sendiri dengan biaya sendiri, tanpa minta dana pemerintah dan juga PSSI, kenapa harus dilarang. Sebab, semakin banyak orang main sepak bola, justru akan semakin memajukan persepakbolaan nasional. Semua harus jelas, kalau menolak itu karena apa,” tandas Menpora, kemarin. Selama ini PSSI selalu menggunakan UU No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional sebagai alat untuk menggagalkan LPI bergulir di Tanah Air.
Sementara berdasarkan PP No 17 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga, Menpora menilai LPI tak menyalahi aturan dan berhak digulirkan. ’’Soal aturan-aturan itu, saya bersama staf akan mempelajarinya. Salah satu opsi dari pemerintah adalah mempertemukan PSSI, LPI, dan juga KONI. Selama ini mereka belum pernah duduk satu meja,” tandas Menpora.
Kendalanya, sampai sekarang Menpora sudah coba menghubungi Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dan pengurus lain. Namun, saat ini mereka sedang berada di Qatar menghadiri Piala Asia 2011. Alhasil, mediasi yang diharapkan pemerintah pun belum tercapai. Kendati demikian, Menpora secara tegas mendukung bergulirnya LPI. Dia pun berharap soal perizinan kepolisian yang masih ditunggu pihak LPI bisa segera diperoleh jalan keluar yang terbaik untuk semua pihak.
’’Kalau saya, selama acara itu berjalan aman, tertib, lancar, ya saya mendukung,’’ ucapnya. LPI terus ditentang PSSI yang merupakan otoritas tertinggi sepak bola Tanah Air. Bahkan, PSSI telah melaporkan LPI ke Mabes Polri, dan meminta Mabes Polri melarang dan tidak memberikan izin pertandingan LPI.
PSSI menilai LPI ilegal dan menyalahi aturan. Namun, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, Mabes Polri menyatakan tidak ditemukan adanya unsur pidana pada kompetisi LPI. ’’Sejauh ini belum ada bukti yang menunjukkan LPI melanggar hukum pidana. Polri tetap menjamin keamanan pertandingan LPI,” ucap Kabareskrim Komjen Ito Sumardi.
Merespons sikap PSSI, Juru Bicara LPI Abi Hasantoso mengaku tidak terlalu khawatir dengan ancaman PSSI menjelang laga perdana yang akan digelar di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (8/1). Dia menyatakan, LPI akan melindungi seluruh pemain dan pelatih apabila dijatuhi sanksi oleh PSSI. Abi menyatakan, perlindungan terhadap pemain dan pelatih tersebut akan didampingi oleh advokasi hukum.
’’Jika PSSI menjatuhkan sanksi, maka sebanyak 500-an pemain dan pelatih yang tergabung dalam 19 klub LPI akan menjadi korban. Karena itu, kami sudah siapkan advokasi hukum,” tuturnya, kemarin. Abi menegaskan, LPI adalah kompetisi legal dan tidak melanggar hukum.
Memilih manakah Anda? Memilih yang ada Irfan Bachdim atau yang ada Bambang Pamungkas?
"Saya berani taruhan LPI tidak akan bertahan sampai setahun," kata Hariyanto Irsyad, karyawan Prudential, sebuah perusahaan asuransi nasional.
Hariyanto adalah pemilih LSI dan pilihannya lebih karena daya tarik klub-klub terkenal di Indonesia yang menghuni kompetisi ini.
Hariyanto menilai popularitas sebuah liga tergantung kepada uang. Klub-klub di LSI dinilainya memenuhi syarat itu karena pundi-pundi keuangannya dicukupi oleh APBD. Sebaliknya, klub-klub di LPI akan menggenjot pemasukan dari tiket dan iklan, karena tak sepeser pun dana APBD untuknya.
Masalahnya, sambung Hariyanto, perusahaan-perusahaan akan lebih suka memasang iklan di liga yang banyak pendukungnya karena itu menguntungkan mereka.
"Sudah jelas klub yang banyak pendukungnya adalah LSI," katanya.
Faktanya, di LSI banyak klub besar yang memiliki pendukung besar. Sebut saja Persija, Persib, Arema dan Sriwijaya FC. Di LPI, hanya Persebaya yang memiliki kelas pendukung setingkat klub-klub besar LSI itu.
Hariyanto melanjutkan --ups dia benar-benar mengikuti persepakbolaan-- kerugian LPI adalah jika salah satu klubnya menjadi juara kompetisi, maka si juara sudah pasti tak bisa mengikuti laga-laga berlevel internasional seperti Liga Champions Asia karena FIFA hanya mengakui satu liga.
"Saat ini yang FIFA akui adalah LSI," katanya.
Komentar Hariyanto dikuatkan Rizal Rifaii, penjaga halte busway Bank Indonesia. Anak muda ini jelas penyuka LSI karena di sini bercokol klub favoritnya, Persija.
"Orang-orang pasti milih LSI karena klub-klub beken ada di situ," ujar Rizal.
Sebaliknya, Habibi Yasin, pegawai swasta di daerah Jakarta Pusat, akan beralih memilih LPI. Dia menilai liga itu mandiri karena tak mengandalkan dana APBD yang sarat korupsi.
Buktinya dia berkata, "Harusnya KPK sudah membongkar kasus korupsi di PSSI."
Sama dengan Habibi, Adi Prayitno yang berkuliah di Universitas Trisakti jurusan desain grafis, juga menyukai LPI. Tapi dia tampaknya mewakili generasi yang selalu kritis terhadap kemapanan, apalagi kemapanan itu menyimpan kebusukan. Adi memilih LPI karena menganggapnya membawa perubahan.
"Intinya LPI memberikan warna baru terhadap sepakbola tanah air," katanya.
Orang seperti Adi kesal terhadap kecenderungan memanipulasi pencapaian olahraga untuk keuntungan-keuntungan politik atau hanya demi mengeduk untung.
"Manajem LSI kurang mementingkan bola, uang doang yang dipikirn," sambung Reza Fiyan, mahasiswa Universitas Mercubuana jurusan Informatika.
Reza juga pemilih LPI. Alasannya, LPI bakal mendorong profesionalitas klub karena ada dukungan finansial yang besar kepadanya. Dia yakin dana yang besar berkorelasi dengan kualitas profesionalisme dan stabilitas tim.
"Klub di LSI cuma dapat kucuran dana Rp6 miliar sedangkan di LPI dapat Rp30 miliar," kata Reza mengutip informasi yang didapatkan dari internet.
Namun banyak juga yang belum menentukan pilihan, diantaranya Muhammad Dani. "Bagaimana harus memilih, bentuk permainan LPI saja tidak tahu," kata polisi pamongpraja ini.

Baca pula:
Akibat hujan dimusim kemarau
Premium vs fuel pump
Satpol PP kembali berulah
Patwal SBY nyusahin warga
Kontroversi arah kiblat di Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarnya dong...