Jumat, 16 Juli 2010

Kontroversi arah kiblat di Indonesia


Kiblat, telah menjadi perbincangan yang hangat banyak orang saat ini terkhusus buat umat islam yang sebagian besar menjadi warga negara di negri kita ini. Persoalan yang timbul kini adalah pergeseran arah kiblat yang awalnya mengarah lurus ke arah barat, kini berubah arah ke sebelah barat daya atau dengan kata lain kiblat telah mengalami pergeseran 25 derajat serong ke kanan dari arah barat.
Dari beberapa informasi sampai saat ini didapatkan, apabila penduduk islam yang berada di Indonesia tetap mengikuti arah kiblat yang lama maka didapatkan pergeseran sekitar 2.600 kilometer dari kota Mekah atau tepatnya mengarah ke Negara Somalia atau Tanzania.
Kalau begitu jadinya, apakah selama ini ribuan umat muslim di Indonesia telah salah mengarahkan kiblatnya dalam beribadah?dan apakah masih “SAH” shalat yang ia telah laksanakan itu dengan kiblat yang salah. Namun sebelum menentukan salah benarnya ataupun sah tidaknya shalat kita selama ini maka kkita mesti merujuk kembali pada apa defenisi kiblat itu. Dan apa hakikat dari arah kiblat?
Menurut bahasa, kiblat berarti arah yang merujuk pada suatu tempat. Dimana tempat yang dimaksudkan disisni adalah sebuah bangunan yang berada di kota Mekkah dan sering juga disebut Ka’bah atau Baitullah.
Dalam Islam, Kiblat telah menjadi tumpuan dalam mengerjakan tiap-tiap ibadah dalam konsep arah atau tempat menghadapkan diri. Ada beberapa hukum yang berkaitan tentang syariat yang mengatur kiblat dalam beribadah yaitu :
• Hukum Wajib
1. Ketika shalat fardhu ataupun shalat sunah menghadap kiblat merupakan syarat sahnya shalat.
2. Ketika melakukan tawaf di Baitullah.
3. ketika menguburkan jenazah maka harus diletakkan miring bahu kanan menyentuh liang lahat dan muka menghadap kiblat.
• Hukum Sunah Bagi yang ingin membaca al-qur'an, berdoa, berzikir, tidur(bahu kanan di bawah) dan lain-lain yang berkaitan.
• Hukum Haram Ketika membuang air besar atau kecil di tanah lapang tanpa ada dinding penghalang.
• Hukum Makruh Membelakangi arah kiblat dalam setiap perbuatan seperti membuang air besar atau kecil dalam keadaan berdinding, tidur menelentang sedang kaki selunjur ke arah kiblat dan sebagainya.
Dalam sejarahnya, pada awalnya kiblat pertama umat islam terdapat di kota Jerussalem tepatnya di mesjid Al Aqsa atau biasa disebut juga dengan “Baitul Maqdis”. Namun pada tahun 624 M, ketika Rasulullah Muhammad SAW berhijrah ke Madinah ia pun memindahkan arah kiblat ke arah Ka’bah sesuai dengan wahyu yang ia terima dari ALLAH SWT. Dan hingga saat ini, kita semua umat islam masih berkiblat ke kota Mekkah.
Kiblat dalam islam adalah arah menghadapkan wajah kita pada saat kita mengerjakan shalat, tapi pada hakikatnya, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah Ayat 115 ;
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, kemanapun kamu menghadap disitulah Wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Nah, kemudian timbul sebuah pertanyaan. Jikalau maksud ayat diatas menerangkan tentang keberadaan Allah yang melingkupi segala arah maka tak ada lagi arah tertentu dimana kita harus menghadapkan wajah kita saat menyembah kepada-Nya. Atau adakah maksud lain dimana Allah memerintahkan umatnya untuk memiliki arah kiblat yang benar?
Memang,ada bebrapa makna lain yang ingin diberikan oleh Allah SWT untuk penerapan kiblat untuk umat islam dalam rujukan ibadah-ibadahnya. Salah satu diantaranya adalah untuk memisahkan antara orang-orang munafik dengan orang-orang muslim yang sejati. Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah Ayat 143 yang berbunyi ;
… Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot”.

Perubahan kiblat ini yang dulu berawal dari Masjidil Aqsa kemudian ke Masjidi Haram, ini bertujuan untuk melihat yang manakah pengikut Rasulullah yang benar-benar setia kepadanya dan yang mana pengikutnya yang munafik dan berbelok dari ajarannya.
Makna yang lain dan menjadi hakikat sebenarnya dari arah kiblat umat muslim ialah sebuah pengajaran tentang etika dalam berkelompok serta kesetiakawanan dan solidaritas dalam penafikkan segala perbedaan yang ada diantara seluruh umat islam yang ada seluruh penjuruh bumi ini. Sebagai sebuah agama yang besar, maka sudah selayaknya apabila umat islam mesti memiliki sebuah kiblat yang satu. Dengan sebuah arah kiblat yang satu(tauhid) telah melambangkan sebuah persatuan dan kesatuan yang juga menjadi prinsip utama umat islam. Dalam ibadah shalatnya, rasulullah selalu menekankan akan pentingnya sebuah kebersamaan dalam melaksanakannya(berjamaah). Karena sebenarnya sebelum Allah SWT menentukan arah kiblat ke masjidil haram, Rasulullah Muhammad SAW mengerjakan shalat dengan Kiblat mengarah ke Al-Quds selama sekitar 16 atau 17 bulan sewaktu di Madinah. Dan Beliau SAW sepenuhnya berserah diri kepada perintah Allah SWT. Namun demikian beliaupun berharap akan arah Kiblat yang hendaknya satu, sama seperti semasa Nabi Adam AS dan Nabi Ibrahim AS. Berkali-kali beliau menengadahkan wajahnya ke langit, berhari-hari, berminggu-minggu, dengan mengharap turunnya sebuah wahyu perihal Kiblat. Dan Allah SWT Maha Pengasih Lagi Maha Mengabulkan harapan insan-insan pilihan-Nya. Dan, Allah SWT pun menurunkan firmannya didalam Surat Al-Baqarah Ayat 144 ;
“Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan palingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Maka palingkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram. …”

Semoga dengan pembahasan diatas dapat memberikan kesimpulan yang benar buat umat muslim dinegri kita ini yang telah dihantui kebimbangan akan ibadah shalatnya.
Amin…

Baca pula:
Permintaan maaf cut tari

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarnya dong...