Rabu, 08 Februari 2012

Kebebasan sebagai Kemandirian

Salah satu makna atau arti dari kebebasan adalah bahwa siapapun harus benar-benar mandiri, tidak berada dibawah pengaruh atau bergantung pada selainnya, serta tak satupun makna ketergantungan yang dapat diterapkan kepadanya. Bila seseorang mengatakan bahwa alam semesta eksis dan berdiri tegak dengan sendirinya, serta tidak bergantunga kepada tuhan dan kehendak tuhan tidak berperan dalam rotasi dan revolusi,maka pernyataan ini juga bermakna pembebasan alam semesta dari segala jenis kontrol yang bersifat ketuhanan.
Dalam hal ini, sebagai salah satu makhluk yang hidup di alam semesta, manusia juga memiliki peran yang sama sehingga terbuka kemungkinan bagi kita untuk mengetakan bahwa manusia bebas dari segala jenis tanggungjawab dan penghambaan kepada wujud selainnya, termasuk tuhan. Tentu saja, mengenai ketidakbergantungan alam semesta, muncul 2 pendapat. Sebagian meyakini bahwa tak ada sesuatu yang disebut tuhan yang menharuskan alam semesta bergantung padaNya. Sementara sebagian lain meyakini bahwa tuhan itu eksis dan menciptakan alam semesta ini namun setelah diciptakan,alam semesta ini tidak lagi membutuhkan tuhan dan tak bergantung pada kehendakNya.
Dengan mematuhi aturan dan sistem yang telah ditetapkan tuhan untujnya maka seluruh unsurnya secara spontan akan mengalami rotasi dan revolusi secara terus-menerus. Menurut pandangan ini, menciptakan alam semesta ini tak ubahnya dengan memebangun rumah. Sekali sebuah rumah dibangun para perancang maka keberlanjutan eksistensinya tak lagi bergantung pada keberadaan mereka (para perancang). Ia telah menjadi fakta yang bersifat mandiri di hadapan para perancangnya. Bahkan, boleh jadi para perancang rumah itu mati, namun rumah yang dibangunnya tetap eksis selama puluhan atau ratusan tahun. Lalu, lewat kekuatan imajinasi, keberadaan duniapun dibayangkan seperti itu. Tuhan menciptakannya lalu membiarkannya sendiri.
Pendapat ini menolak wewenang"kepengaturan kosmis" (rububiyat-e takwini) Tuhan, sementara pendapat pertama menyangkal eksistensi Tuhan. Kedua pendapat ini tidak kompatibel dengan pandangan islam yang monoteistis (berkarakter tauhid).

Baca pula:

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarnya dong...