Jumat, 13 Agustus 2010

Bulan Maghfirah


Inilah bulan magfirah, bulan yang paling mulia sisi Allah. Pada bulan ramadhan, Allah membukakan pintu taubat dan ampunan. Pada bulan inilah kita menemukan saat yang paling tepat, ketika kita tersungkur dihadapanNya , merintih memohonkan ampunanNya. Punggung kita yang telah sarat dengan dosa kita ringankan dengan memperpanjang sujud kita. Disini kita membebaskan diri kita dari pasungan dosa dengan memperbanyak istighfar. Karena itu, di antara wirid yang harus kita biasakan di bulan ramadhan adalah istighfar; Ya Allah Engkau maha Pengampun dan Maha Mulia, ampunilah aku. Innaka' afuwwun karim, tuhibbul 'afwa' fa'fu anni. Bulan ramadhan menjadi bulan yang agung karena dinisbahkan kepada Tuhan. Tuhan bukan hanya Wujud yang kepadaNya kita haturkan persembahan dan kita mohonkan pertolongan . Dalam Al Qur'an, Tuhan adalah kampung halaman kita, tempat kembali kita. "kepada Allah kamu semua kembali", Q.S Al Maidah ayat 48. Dalam sebuah tulisannya yang berjudul “Kerinduan”, Rumi menyuruh kita untuk menjadi Yesus di punggung keledai kurus; “Yesus diatas keledai kurus, inilah lambing akal yang harus mengendalikan tabiat hewaniah. Perkuat ruhmu seperti Yesus. Jika bagian itu lemah, keledaimu yang kerempeng akan berubah menjadi naga perkasa. Berterimakasihlah ketika apa yang tampak kasar datang padamu dari orang bijak. Sekali waktu, seorang suci, sambil mengendarai keledainya, melihat ular merayap masuk ke mulut seorang yang sedang tertidur. Ia memburu dengan cepat tapi tidak berkali-kali dengan tongkatnya. orang itu terbangun ketakutan dan lari ke bawah pohon apel dengan apel-apel busuk bertebaran diatas tanah. ‘Makanlah!!! Hai orang malang, makanlah. ‘kenapa kau lakukan ini padaku?’ ‘Ayo makan lagi, kamu tolol.’ ‘Saya tidak pernah berjumpa dengan kamu sebelumnya?siapakah kamu ini? Apakah dalam batinmu kamu memusuhi jiwaku?’ orang arif itu memaksanya untuk makan dan ia mencoba lari darinya. berjam-jam ia meukuli orang malang itu dan membuatnya lari. Akhirnya, dimalam hari, dalam perut yang penuh dengan apel busuk, kelelahan dan bergelimang darah, ia jatuh dan memuntahkan semuannya, yang baik dan yang buruk, apel dan ular. Ketika ia melihat ular yang buruk keluar dari dirinya, ia bersimpuh di hadapan penyiksanya. ‘Apakah kamu jibril? Apkah kamu Tuhan? Penuh berkahlah saat kamu pertama melihatku. Waktu itu aku sudah mati dan tidak menyadarinya. Kau berikan padaku kehidupan baru. semua yang aku katakana padamu memang tolol. aku tidak menyadarinya.’ ‘Jika aku jelaskan apa yang aku lakukan, kamu mungkin akan panic dan mati ketakutan. Muhammad berkata; jika aku menceritakan musuh yang tinggal dalam diri manusia, maka ia yang paling berani sekalipun akan menjadi lumpuh. tak ada yang bisa keluar atau mencari nafkah. tak aka nada yang shalat atau puasa dan semua kekuatan untuk berubah akan menghilang dari diri manusia. karena itulah, aku diam ketika aku memukulimu sehingga seperti Daud aku dapat melunakkan besi. sehingga mustahil, aku dapat meletakkan kembali bulu-bulu pada sayap burung. diamnya Tuhan diperlukan karena kelemahan hati manusia. jika aku tadi mengabarkan kepadamu tentang ular itu, kamu tidak bakan mampu makan dan sekiranya kamu mampu makan pun, kamu tidak akan memuntahkannya. aku lihat keadaanmu dan aku dorong keldaiku ke tengah-tengahnya sambil bergumam,”Tuhanku, mudahkanlah urusan dia. aku tidak diizinkan mengabarkan kepadamu dan aku tak diizinkan berhenti memukulmu.’ orang yang disembuhkan itu, masih sambil berlutut berkata’aku tidak mampu berterimakasih padamu atas kecepatan kearifanmu dan kekuatan petunjukmu. Semoga Tuhan membalasmu.’ Kedatangan ramadhan adalah kedatangn orang arif dalam cerita diatas. Ramadhan memukuli kita dengan lapar agar nanti tidak menderita pada hari akhir nanti. Kita dipaksa untuk memuntahkan jajanan dunia kita, demi kesehatan dan keselamatan kita sendiri.

Baca pula:
Bulan rekonsiliasi
Serangan kantuk saat puasa
Bulan berkah
Puasa dengan persembahan untuk tuhan

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarnya dong...